25. hadiah dari bunda

228 13 0
                                    


HAYIII!

HAPPY READING

AND

SORRY FOR TYPO

•••

Setelah memastikan rambutnya rapi, Naufal segera mengambil sepasang sepatu di rak dan segera keluar kamar.

Ia berniat pergi ke rumah shalsa, sesuai dengan janjinya sore tadi.

Dilangkahkan kakinya menuruni tangga, sesaat sebelum matanya bersitatap dengan etry, bundanya.

"Bunda, Nana izin keluar. Nanti pulang jam sepuluh." Niatnya ingin menyalimi tangan etry terurung kala etry dengan cepat menarik tangannya.

"Besok jadwal kamu ke rumah sakit, jangan sakit atau pun telat. Saya gak terima alasan apapun." Suara itu sangat berbeda kala ia memanggil saudaranya, nofal.

Suara datar tanpa ekspresi, selaras dengan wajahnya yang menampilkan ekspresi tak senang.

"Bunda..Nana gak bisa kali ini" Naufal berkata lemah, berharap etry mengerti akan keadaannya juga.

"Kenapa!? Kamu gak mau?" Tanya etry dengan nada tak santai.

"Maaf.."

"Sekarang kamu mau nono yang mati? Kamu mau bunuh semua keluarga kamu?na, kamu tau? Bunda selalu coba buat perlakukan kamu sebaik yang bunda bisa, kamu tau kan apa yang buat pertahanin kamu di keluarga ini?"

"Nana tau, tapi Nana gak bisa nda.."

"Sekarang gak bisa!? Kamu mau bikin hal yang lalu terjadi lagi? Ingat na, kamu udah bunuh dia! Sekarang kamu mau bunuh bunda secara perlahan dengan kamu bunuh nono!?" Etry berteriak dengan tangan yang terus menunjuk ke wajah Naufal.

"Nana sakit nda" jawab Naufal dengan kepala menunduk dan tangan yang saling meremat.

"Sakit!? Sakit kamu itu gak lebih dari sakitnya nono, kamu itu jangan lebay. Jangan jadikan sakit kamu itu alat buat bunda kasihan sama kamu!"

"Kalau sakit yang aku bilang itu parah gimana? Kalau kanker gimana nda?" Tanya Naufal perlahan menatap etry.

"Kanker? Jangan membual kamu na! Jangan bikin Nono nunggu di rumah sakit, kita harus kesana sekarang"

"Nana gak bisa bunda, kalau Nana tetap ngelakuin hal itu, nono juga bakal sakit!"

Naufal terdiam kala wajahnya ditampar keras oleh etry, tangannya terangkat untuk menyentuh pipi yang baru saja di tampar tangan lebar orang yang telah melahirkannya.

Sejenak, Naufal menatap wajah etry dengan ekspresi tak terbaca, netra gelapnya berembun yang dengan susah payah ia tahan.

"Maaf..tapi kali ini Nana beneran gak bisa nda" tangisnya pecah, berusaha meyakinkan etry bahwa ia memang tak ingin.

"Bagus"

Etry terkekeh miris sebelum melanjutkan.

"Sekarang kamu udah lancang sama bunda?"

Abu (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang