Epilog

298 18 4
                                    

Bonus nih buat kalian, semoga suka yaa!

HAPPY READING

AND

SORRY FOR TYPO GUYS!

•••

"Kalau udah keluar pesawat, harus aku yang dikabarin pertama." Axel tertawa, ia mengacak rambut putranya.

"Tentu, kamu yang pertama. Bukan kamu, lebih tepatnya cucu ayah ini." Seorang anak laki-laki dengan wajah bulat kini menatap Axel senang, merasa jika dirinya sedang dibicarakan.

"Kara yang pertama dan utama." Nofal mengerlingkan matanya malas, melihat Axel yang selalu bucin pada putra pertamanya.

Kara?

Benar, nama anak itu, Harsa Nandikara.

Nama yang disematkan oleh shalsa saat memberi nama kini menjadi kenangan indah yang diberikan cinta pertamanya. Dengan izin yang diberikan oleh nofal, shalsa memberikan nama itu pada anak pertama mereka, nama yang Naufal ingin ia sematkan pada anak pertamanya.

Namun, karena tak dapat melakukannya sendiri, shalsa akan mewakilinya.

Sekarang, Axel, Nofal, shalsa, dan anak pertama Nofal berada di bandara untuk mengantarkan Axel kembali pergi ke negara orang.

Etry, mengalami depresi berat semenjak kematian Naufal, berulang kali percobaan bunuh diri ia lakukan hingga membuat Axel memutuskan keputusan berat dengan membawa Etry ke pengobatan luar negeri, tanpa ingin menganggu ketenangan hidup Nofal.

Dengan hati yang gundah, Nofal mau tak mau mengizinkan, membiarkan Etry dak Axel meninggalkannya sendiri di negara kelahirannya bersama dengan gadis yang tak yakin ia cintai.

Namun lama kelamaan, rasa itu tumbuh menjadi besar, keduanya menjalani kehidupan layaknya sepasang suami istri bahagia.

Dengan titipan pertama Tuhan pada mereka yang berjenis kelamin laki-laki, persis seperti keinginan Shalsa.

Kebahagiaan kian membesar ketika kara mulai tumbuh dengan baik, sifatnya yang baik dan senyuman kara yang selalu membuat shalsa serta Nofal teringat pada laki-laki hebat yang kini tak dapat lagi mereka temui.

Mereka bertiga rutin pergi ke pemakaman umum untuk memperkenalkan buah hati mereka pada Naufal, walau dengan rasa bersalah besar.

Kini, anak pertama Nofal terbiasa memanggil saudaranya itu dengan sebutan ayah aka.

Anak itu selalu bertingkah baik saat dipertemukan dengan peristirahatan terakhir Naufal.

Dan juga, Axel yang setiap satu bulan sekali akan pulang untuk sekedar melihat perkembangan cucunya.

•••

"Aku yakin, dia lagi ngetawain aku yang sekarang malah jatuh sejatuh-jatuhnya ke dalam pesona kamu sa." Shalsa terkekeh sembari menatap anak pertamanya yang kini berlarian di taman tempat ia dan Naufal menceritakan masa depan kala itu.

Nofal dan Shalsa kini duduk di bawah pohon dengan alas sebuah tikar kecil, dengan shalsa yang menyandarkan kepala pada pundak Nofal dan nofal yang senantiasa mengelus lembut rambutnya.

Abu (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang