40. hadiah dari langit

274 14 0
                                    

YO!

Menuju end nih

HAPPY READING

AND

SORRY FOR TYPO GUYS

•••

Naufal tersenyum membalas ucapan terima kasih dari beberapa pelanggan di cafe sore itu. Kebetulan cafe cukup ramai sebab ada beberapa anak sekolah yang mungkin ingin sekedar nongkrong disana. Walau ramai, Naufal tak cukup kewalahan, ia masih mampu melayani dengan baik.

"Lo Naufal ya?" Naufal menatap laki-laki didepannya, merasa sedikit asing dengan laki-laki itu.

Laki-laki yang menerima kopi itu terkekeh, sedikit meremehkan. "Ketua jaeviero kerja jadi waitress?"

Lantas, Naufal paham.

Naufal hanya tersenyum, tak ingin membuat masalah. Namun laki-laki tadi malah menahannya dengan menarik nampan yang ia gunakan untuk membawa kopi.

"Sorry, gue gak pengen ribut." Laki-laki itu bangkit dari duduknya, menyuruh salah satu temannya pergi dari kursi dan mendudukkan Naufal.

"Kita gak pengen ribut sekarang, tapi nanti malam gak ada yang tau."

melihat Naufal yang menatapnya tajam, laki-laki itu kembali terkekeh. "Santai dong. Kenalin, gue Langit."

Naufal berdecih tak perduli, ia mencoba mengambil nampan itu dan bangkit dari duduknya.

Naufal yang hendak berjalan pergi pun sedikit terkejut kala langit dengan sengaja menumpahkan kopi kelantai.

"brengsek." Gumaman lirih Naufal mengudara walau ia yakin hanya dirinya yang mendengar.

"ups, sorry gue sengaja." Naufal menghela nafas, ia memilih untuk pergi dan tak mengindahkan.

Sebab melihat beberapa anak Javiero yang kebetulan ada disana sudah nampak ingin menerkam langit. Karena jika ia ikut ribut, suasana tak akan bisa ia kendalikan.
Dan juga, Naufal tidak ingin di pecat pada hari pertamanya bekerja.

Setelah meletakkan nampan, Naufal kembali dengan membawa alat untuk membersihkan lantai. Melihat itu, Langit tertawa meledek.

"Cocok, gimana kalau jadi cleaning service di markas gue?" Lantas, Naufal melihatnya dengan tatapan yang sedikit kesal.

Setelah bersih, Naufal segera pergi, tak ingin kelepasan untuk memukul langit.

"Na! ke meja sembilan ya. Bantu Kevin kayaknya kewalahan tuh." Liam yang sedang melayani pelanggan di kasir menyuruh Naufal untuk membawa pesanan, tentu saja diterima baik oleh Naufal.

Naufal membawa secangkir kopi dan sepotong cheese cake. Senyumnya mengembang, merasa tak asing dengan menu ini.

Benar saja, Naufal mendapati shalsa yang sedang duduk di meja sembilan sembari menatap kearah luar.

"permisi, ini pesanan buat cantiknya Nana." Merasa terkejut, shalsa dengan cepat mengalihkan pandangannya.

Senyumnya mengembang mendapati Naufal, namun itu tak bertahan lama. Melihat Naufal yang memakai Apron membuat senyum shalsa yang tadinya lebar kini mulai luntur.

Abu (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang