34. Adil?

236 14 0
                                    

HEYOW

Pada dapet THR gak nih?

saya mah gak dapet huhu:/

Semangat para pejuang Thr

•••

Naufal memarkirkan motornya disebuah halaman rumah berlantai dua dengan halamannya yang cukup luas itu.

Tangannya terulur untuk menekan bel sebelum pintu itu lebih dulu terbuka dan menampakkan perempuan dengan rambut panjang yang digerai dan sebuah pita biru yang melekat apik di rambutnya. Senyum Naufal lantas jauh lebih lebar melihat siapa yang membukakan pintu.

"Cantik, selalu cantik." itu shalsa, perempuan yang selalu menjadi sedikit cahaya untuk Naufal.
shalsa tersenyum dan menarik tangan Naufal menuju motornya.

Naufal segera menghidupkan motornya dan mulai meninggalkan pekarangan rumah shalsa setelah selesai izin pada orang tua Shalsa.

"kita mau kemana na?" Shalsa dengan suara yang sedikit ia kencangkan berusaha berbicara pada Naufal.

"ikut aja sa!" Naufal menjawab dengan teriakan cukup kencang. mendengar itu, shalsa hanya mengangguk dan mengikuti kemanapun Naufal membawanya.

Tak lama, Naufal menghentikan motornya di sebuah taman yang berada cukup jauh dari perkotaan.

"keren banget!" Shalsa dengan semangat turun dari motor dan melihat lapangan hijau yang berada di depan matanya sekarang, rasa semangatnya menggebu untuk waktu yang cukup lama.

"kamu suka?" Naufal turun dari motor dan menarik tangan shalsa untuk duduk di bawah pohon, shalsa menyandarkan kepalanya pada bahu Naufal dan mengangguk untuk menjawab Naufal.

"suka! suka banget." Naufal terkekeh mendengar jawaban shalsa yang nampak antusias pada hal yang sesederhana itu.

"kalau nanti kita nikah, prewed nya mau disini gak?" shalsa lantas terdiam, ia menatap dalam Naufal. Air matanya tiba-tiba saja meluruh.

"sa? hei, kamu kenapa?" Naufal dengan khawatir mengelus lembut wajah shalsa, Dengan cepat shalsa memeluknya.

"kenapa? aku punya salah sama kamu? maaf ya Sasa.." Shalsa menggeleng berkali-kali menjawab Naufal, Isakannya yang terdengar keras membuat Naufal kebingungan Naufal kian bertambah.

"Maaf na.., aku minta maaf." Kiriman shalsa kian membuat Naufal bingung, namun ia tak berbuat banyak dan hanya mengelus lembut rambut shalsa.

detik-detik berlalu, kini shalsa sudah tenang dan kembali bersandar pada Naufal.

"kalau misalkan takdir kita akhirnya bersama, dan kita nikah.., itu pasti jadi momen paling bahagia di hidup aku." shalsa hanya diam mendengarkan Naufal dengan bulir air mata yang perlahan meluruh dari sudut matanya.

"kamu mau punya anak berapa na?" Naufal terkekeh mendengar pertanyaan shalsa yang spontan.

"aku ngikut kamu, walaupun jawab kamu itu mau childfree." shalsa tersenyum lembut mendengar jawaban Naufal, nananya selalu baik.

"aku mau punya anak tiga, dua anak laki-laki dan satu perempuan." Naufal menerawang jauh, membayangkan kehidupan hangat ia dan shalsa kelak.

Abu (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang