38. keputusan

176 16 0
                                    

EYOW

Mungkin 3 atau 4 part lagi menuju ending nih..

ada yang bisa nebak gak?

happy or realistis?

gak ada yang tau

•••

Sekarang, Naufal duduk di jok belakang motor Haekal menuju markas javiero. Dari pukul lima pagi Naufal meminta pada Haekal untuk mengantarnya ke markas, entah apa tujuan Naufal. Setelah Lelah mendengar segala rengekan Naufal, akhirnya Haekal memilih untuk mengalah.

Butuh beberapa menit sebelum mereka sampai ke markas, sebab jalanan yang cukup padat pagi itu. Setelah sampai, langsung saja Naufal masuk dan mendapati Bian yang sedang memasak bersama evan di dapur markas, melihat keberadaan Naufal, bian dan evan dengan semangat mendekatinya.

Seperkian detik, Bian langsung melompat ke tubuh Naufal, untung saja Naufal sigap memegangnya.

"Hebat!! Lo hebat buat bertahan bang!" Naufal tersenyum dan menurunkan tubuh bian, masih saja dengan bian yang menatapnya Lamat.

"kenapa sih yan? aneh banget kayaknya gue balik?" Evan terkekeh dan merangkul pundak Naufal, mengajaknya untuk duduk di kursi meja makan.

"gimana gak kaget coba? kita yang posisinya mau ngejenguk Lo malah ngeliat keadaan yang gak pernah kita bayangin bang." Naufal hanya tersenyum, keadaannya waktu itu pasti sangat mengerikan.

"Ngeliat kondisi lo yang semengerikan waktu itu, gue mikir kalau gak akan bisa liat Lo duduk di depan gue kayak sekarang gini bang." Naufal bangkit dan memeluk Bian sekilas, ia menepuk pundak bian.

"sekarang gimana? gue oke yan, makasih buat ke khawatirannya." Bian mengangguk, melupakan fakta bahwa tadi ia sedang menggoreng nugget.

"Mampus, gosong dah tu nugget terakhir." Dengan segera Bian berlari kearah kompor, mendapati gorengan nugget yang sudah tampak seperti arang. ketiganya menertawakan wajah bian yang merengut.

Naufal melihat-lihat dapur markas, membuka kulkas dan melihat beberapa bahan masakan, dengan niat yang mungkin cukup untuknya mulai memasak, naufal malah mendapati Haekal yang menatapnya dengan tatapan mencurigakan.

"Mau masak Lo? Buatin gue juga dong na, laper nih." Langsung saja bian berjalan ke arah kulkas dan melihat tangan Naufal yang sudah memegang bahan.

"gue juga dong bang sekalian, tadi mah niatnya mau makan nugget doang, eh malah gosong." Naufal menghela nafas panjang, tentu saja mengiyakan walau terpaksa.

Dengan tangan cekatan Naufal mulai memasak, entah lah ia akan membuat apa. Laki-laki tak butuh resep, laki-laki butuhnya bahan. Setelah selesai, Naufal menyajikan empat piring dengan porsi yang sama, masih dengan menyisakan masakan di pancinya, mungkin saja ada yang akan memakannya nanti.

Naufal juga menyajikan untuk evan, walau evan tak meminta.

"Enak nih kayaknya." Semangat bian kian menggebu melihat makanan yang diberikan Naufal padanya. Seperkian detik setelah menyuap matanya memejam, menikmati rasa yang diciptakan oleh tangan cekatan Naufal.

Haekal yang melihat bian kenikmatan pun ikut memakan, matanya melotot, seolah tak pernah saja dimasakkan oleh Naufal. "Gila! sore nanti gue daftarin master chef mau gak na?"

Abu (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang