HAYIIIISELAMAT SORE SEMUA
HAPPY READING
&
SORRY FOR TYPO
•••
Pagi kini menyambut, diawali dengan Naufal yang berdiri di depan cermin sembari menatap aneh dirinya sendiri.
"Nana udah bangun?" Naufal menoleh ke arah pintu kamarnya, ia berjalan dan menemukan ayahnya berdiri dibalik pintu sembari tersenyum teduh.
"Udah lama banget yah, sampe udah mau tidur lagi," Axel terkekeh kecil sembari mengusak rambut Naufal, membuat si empu kesal karena dengan susah payah mengaturnya.
"Turun gih, jangan gak sarapan dulu. Ayah mau bangunin nono, kamu duluan aja ke bawah," melihat anggukan Naufal sebagai jawaban, Axel berlalu ke pintu sebelahnya.
•••
Hamparan pasir pantai, dan satu cup kopi kini menjadi teman Naufal yang duduk di bebatuan sembari menggenggam sebuah bola kertas kecil.
"Apa lagi ini Tuhan?" Lirihnya dalam hati sebelum terkekeh miris.
"Apa gue bakal sanggup?"
"Bunda, apa sesulit itu kasih sedikit rasa sayang ke anak menyedihkan ini? Nana akan tau diri ketika bunda kasih rasa sayang yang berbeda dari Nono, tapi apa bisa kasih sedikit rasa itu? Nana rasanya sulit banget nembus dinding yang bunda buat di sekeliling bunda, tapi anehnya, dinding itu tercipta hanya buat Nana. Apa nana se istimewa itu juga?" monolognya sembari menikmati angin yang berhembus.
"Andai, waktu itu Nana yang jadi dia- apa bunda bakal ngelakuin hal yang sama?"
"Andai aja, Nana yang ada di posisi dia, apa bunda bakal sayang Nana kayak bunda sayang dia?"
Debur ombak menjadi jawab dari tanyanya, ia terkekeh lagi.
"Gila lo na, mana mungkin,"
Tubuhnya ia bawa bangkit, berjalan ke arah air laut dan bersiap untuk berteriak.
"BAWA JIWA-" Tubuhnya menoleh setelah satu tepukan pada bahunya, teriakannya bahkan belum usai.
"Bener, Lo gila," Haekal terkekeh geli melihat wajah kesal Naufal untuknya.
"Ngapain Lo disini!?" Sungut Naufal sembari kembali berjalan ke tempatnya semula.
"Lah? Emang ni pantai buat Lo doang?" Naufal tak peduli, ia meneguk kopinya hingga tandas dan bersiap untuk pergi.
"Na," Naufal menoleh segera setelah mendengar panggilan dari Haekal yang menurutnya berbeda.
Keningnya mengerut melihat Haekal yang menepuk bahunya.
"Jangan sembunyiin apapun dari gue, sahabat Lo," Naufal menahan nafas, ia tau betul apa yang sedang Haekal maksud.
"Gue gak tau seberat apa masalah Lo, tapi kalau Lo butuh tempat buat kembali- ada gue yang bakal selalu jadi tempat itu, kapan pun." Naufal kembali duduk, ia menepuk pelan tempat di sebelahnya, lalu mendongak menatap Haekal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Abu (End)
Novela Juvenil"Bukankah kita hanya sebatas senja dan daratan?saling melihat tapi tak terikat, saling menatap namun tak menetap". -S.k "Gue usahain asal itu bikin Lo ba...