HAYI!IM DOUBLE UP!
I HAVE YOU LIKE MY STORY!
SORRY FOR TYPO
•••
Derasnya tumpahan air dari langit seolah menyatakan betapa rindunya air dari gumpalan awan terhadap tanah bumi. Bersama dengan dentuman keras dari petir yang seolah mengisyaratkan bahwa telah berhasil menumpahkan segala bebannya pada bumi hari itu. Gelapnya malam kini bercampur dengan hawa dingin tak terelakkan. Naufal, laki-laki yang meringkuk di pojok kamarnya berusaha menutup telinga akan suara-suara gemuruh petir yang seolah mengincarnya, lampu yang mati membuat Naufal memeluk lututnya sendiri sembari menggigit bibirnya untuk berusaha menahan isakan.
"Tolong...gelap, disini gelap..bantu Nana..bantu revan.. Revan sakit, tolong bantu kami.. Evan tidur, tolong bangunin evan..gelap..tolong.." gumaman Naufal terdengar lirih sembari menutup matanya erat. Suara petir menyambar keras, sangat keras. Naufal berlari masuk ke dalam lemari. Menutup wajahnya dan menarik rambutnya kuat.
"Nggak..evan, jangan tinggalin mas..tolong..bantu evan, evan tidur tolong.." Naufal kian menangis, dengan mata memejam ia seolah meminta bantuan.
"Tolong...evan tidur, Nono tidur..bunda, ayah..tolong gelap..Nana takut gelap..Nana takut petir bunda..."
Nofal berjalan cepat untuk masuk ke kamar Naufal. Gelap, Nofal menghidupkan lampu dan melihat keadaan kamar Naufal. Saat tak menemukan keberadaan saudaranya, nofal segera mencari kesana kemari. Matanya melirik takut kearah lemari, menggeleng pelan dan memejamkan matanya.
"Jangan na..gue mohon" nofal berjalan dengan ragu kearah lemari dan membukanya perlahan. Embun dimatanya meluruh saat melihat keadaan kacau Naufal di dalam lemarinya.
Segera Nofal menarik tubuh Naufal dan membekapnya erat.
"Tolong...gelap..petir..Nana takut petir..Evan tidur, nono tinggalin Nana..tolong bunda.." nofal mengelus punggung Naufal yang bergetar hebat, ia membisikkan kata yang ia pikir bisa menenangkan.
"Kita udah keluar, disini udah terang. Bangun ya? Nana..kita udah gak disana, Nana udah keluar, Nana udah bebas. Nono udah bangun juga, tenang..jangan takut, ada nono disini, jangan takut, petirnya gak akan ke sini." Naufal menenggelamkan kepalanya pada dada nofal, nofal mengelusnya perlahan. Matanya berembun, tak tahan akan sikap Naufal saat ini.
"Evan..Evan tinggalin mas disini, Evan sakit..tolong.." ucapan Naufal kian teredam saat petir menyambar keras, Naufal mengeratkan pelukannya pada nofal.
"Nggak, petirnya gak akan kesini..kita udah aman, Evan udah tidur..dia udah sembuh, Nana jangan kayak gini ya?" Perlahan, Naufal mengangkat kepalanya. Ia menatap Nofal, mata dan hidung merah dengan sesegukan yang mendominasi. Isakannya samar, namun bahunya bergetar hebat.
Naufal menggeleng, lalu memeluk nofal lagi.
"Nono? Nana takut petir..tolong keluarin dari sini.." nofal menggeleng, ia tak tahan dengan situasi ini.
"Iya, ini Nono. Udah ya? Udah..disini kita udah gak perlu takut petir, disini kita berdua aman.." waktu berlalu, kini Naufal hanya diam. Tak ada isakan, gumaman, atau bahu yang bergetar. Nofal melerai pelukan, ia menatap mata Naufal yang hanya menatap kosong. Matanya merah, bibirnya masih ia gigit.

KAMU SEDANG MEMBACA
Abu (End)
Roman pour Adolescents"Bukankah kita hanya sebatas senja dan daratan?saling melihat tapi tak terikat, saling menatap namun tak menetap". -S.k "Gue usahain asal itu bikin Lo ba...