HAYII HELO ANNYEONGSELAMAT SIANG!
&
SELAMAT MEMBACA
•••
Naufal, Haekal, bian, dan anggota javiero lain kini berada di halaman belakang markas mereka, tempat biasa mereka bersantai.
"Masa nih ya, bang Nana diem-diem tipenya yang kayak ada bulenya gitu. Si neng Ajinomoto baru pindah beberapa hari aja langsung di gas pol sama dia," kening Naufal mengerut dalam tanda tak terima akan celetukan bian yang seolah mengejeknya sembari memakan mangga yang baru saja di potong olehnya.
"Bener tuh, gue kira dulu dia sukanya sama gue. Gak pernah jalan sama cewek sih lagian," dengan sengaja, Naufal menjejalkan biji mangga yang sudah habis di potongnya kedalam mulut Haekal.
"Jangan percaya bualan ni orang berdua gak waras." Naufal menunjuk keduanya dengan pisau sembari menunjukkan wajah kesal.
Saku celananya terasa bergetar tanda adanya panggilan masuk, dengan segera ia meletakkan pisau dan merogoh sakunya.
Wajahnya berubah melihat nomor tak dikenal menelepon. Ditunggunya sejenak sampai panggilan berakhir. Namun, nomor itu kembali menelepon.
"Maaf? Siapa ya?" Sapa Naufal ketika selesai menekan tombol hijau untuk menjawab.
"Hey brother, How are you?"
Mendengar itu, Naufal kembali menatap nomor penelepon.
"Satria?" Naufal membatin kala mengingat suara yang sedang menelepon.
"You ready for a surprise?" Kekehan kecil terdengar mengudara di balik telepon.
"Who are you?" Naufal bertanya dengan ragu.
"me? You'll know when the time comes"
Telepon itu berakhir setelah ia berucap demikian, Naufal terdiam sejenak.
"Siapa na?" Haekal menghampiri Naufal yang terdiam sembari menepuk bahunya pelan.
"Gatau, salah sambung kayaknya," Naufal menggedikkan bahu, ia berjalan ke arah kumpulan temannya dan kembali berbincang.
•••
Hari Senin kembali, Naufal dan Haekal berjalan bersama menuju kelas setelah upacara bendera bersama.
Keduanya berebut kipas merah muda yang diberikan seorang siswi kepada Naufal kala ia bertemu di koridor.
"Dia kasihnya ke gue!" Haekal dengan wajah songong masih saja mengipas wajahnya di depan Naufal yang sudah merengut malas.
"Pelit amat, kipas jelek juga nihh," Haekal memberikan kipas itu pada Naufal, wajah Naufal kini cerah kembali. Ia dengan sengaja mengipas ke arah wajah Haekal, membuat Haekal yang tadinya mengipas wajah menggunakan topi kini tak terima.
"Kipas jelek!! Biasa aja bisa gak!" Naufal berlari mundur setelah meledek Haekal dengan wajah aneh.
Brughh..

KAMU SEDANG MEMBACA
Abu (End)
Novela Juvenil"Bukankah kita hanya sebatas senja dan daratan?saling melihat tapi tak terikat, saling menatap namun tak menetap". -S.k "Gue usahain asal itu bikin Lo ba...