39. hujan yang mulai reda

206 15 0
                                    

YO! GUYS

HAPPY READING

AND

SORRY FOR TYPO

•••

Berulang, Beratus, bahkan beribu kali Nofal kembali menghubungi Naufal yang tak kembali pulang semenjak kejadian di kolam hari itu. Naufal menghilang, ia juga sudah lelah menanyakan keberadaan Naufal pada Haekal bahkan teman Naufal yang lain, namun tentu saja mereka semua tak ada yang membuka mulut, dan tentu saja karena sudah disuruh oleh ketua mereka, Naufal sendiri.

Sekarang, Nofal mengendarai mobil ayahnya menuju tempat yang nofal yakin terdapat Naufal di dalamnya.
Karena hanya tempat itu yang biasanya menjadi pulang Naufal selain rumah Haekal.

Setelah sampai, Nofal keluar dari mobil dan mencoba membuka pagar sebelum beberapa anggota javiero menatapnya dengan tatap garang.

"Ngapain Lo kesini? mau nyakitin bos kita lagi?" laki-laki dengan tubuh bongsor dan berambut pirang itu mendekati nofal.

Nofal sedikit mundur, merasa sedikit ngeri dengan laki-laki di depannya. ia berdehem sejenak, "Gue gak pengen ribut, gue cuma pengen ketemu Nana, minggir."

Sebelum melangkah maju, laki-laki berambut pirang itu lebih dulu mencengkeram kerahnya.

"WOI! NGAPAIN LO PADA!" Dengan segera, laki-laki berambut pirang itu melepaskan cengkeramannya kala Haekal berteriak.

Haekal menghampiri mereka, melihat keadaan nofal yang nampak syok.

Haekal terkekeh geli, "masuk, balik lo pada." beberapa anggota javiero yang tadinya disana pun bubar kembali melakukan aktivitas mereka.

Nofal mengikuti Haekal yang masuk dan menuntunnya menuju kamar di rumah itu. Nofal mendapati Naufal yang sedang mengenakan baju.

"Ngapain kesini? gak dimarahin kalau keluar gak izin?" Nofal berdecih, cukup muak dengan kata yang keluar dari mulut Naufal.

"Gue abang lo, gue berhak tau apapun tentang lo." Sekarang, Naufal yang berdecih.

"Mungkin gue keluar habis bunda narik satu tarikan nafas setelah keluarnya lo, itu gak ngaruh apapun." Nofal terkekeh dengan ucapan Naufal yang tampak serius ia ucapkan.

"Ayah keluar kota." Kalimat singkat yang diucapkan oleh Nofal mampu membuat Naufal diam.

Ia sadar, mungkin dirinya memang tak sepenting itu, bahkan ia tak dicari oleh siapapun kecuali saudaranya.
Sekarang, mungkin ia terdengar berharap akan ke khawatiran orang lain padanya, karena memang itu nyatanya.

Meski tak ingin ia akui, dirinya memang benar berharap untuk kecemasan orang untuknya yang tiba-tiba menghilang dari rumah tanpa mengabari dan tak dapat di hubungi. Namun tak sesuai harapannya, hal itu tak terjadi sama sekali. Hidup bunda dan ayahnya nampak biasa, karena memang benar dirinya tak mampu memberikan efek apapun untuk hidup mereka. Bahkan mungkin saat ia pergi untuk selamanya, mereka hanya akan melihat sekilas namanya yang diikat oleh batu nisan.

"Lo kesini naik apa? biar gue anter balik." Lantas, nofal berdiri dengan rasa marah yang membuncah, ia muak dengan segala tingkah Naufal sekarang.

Abu (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang