30. perihal sudut pandang

339 17 0
                                    


HEYYOW!!

HAPPY READING

AND

SORRY FOR TYPO

•••

"NANA!!"

shalsa terdiam, mencerna keadaan yang sedang berlangsung sekarang. Sejenak, kemudian dia berlari ke arah pembatas dan melihat ke arah bawah. Disana, Naufal terbaring terlentang dengan genangan darah yang mengalir dari tubuhnya.

"Nana! Kamu harus bertahan" shalsa bergumam sembari terus berlari agar lebih cepat untuk sampai di lantai satu.

Sedangkan Naufal, dia tak merasakan apapun selain rasa sakit. Tubuhnya seakan remuk, kepalanya seolah akan pecah saat itu juga. Naufal merasa sesuatu memaksa keluar dari mulutnya, dia terbatuk. Cairan pekat yang keluar dari mulutnya kian membuat telinganya berden.

"Uhukk!" Naufal terbatuk lagi, cairan pekat itu kembali di muntahkan olehnya.

Naufal memejamkan matanya, alisnya mengerut. Sensasi panas menjalar di seluruh tubuhnya. Perlahan, rasa kantuk mulai menyerang.

Naufal kembali membuka mata untuk mempertahankan kesadarannya. Dia menoleh kesamping, sekarang bibirnya menyunggingkan senyum kecil saat melihat Haekal dan shalsa berlari ke arahnya dengan wajah panik.

"Nana!?" Shalsa mengangkat kepala Naufal dengan hati-hati untuk di pangku olehnya.

"Bertahan na, ambulan sebentar lagi datang" Haekal berkata dengan tangan yang mengelus tangan Naufal.

Naufal tersenyum menatap shalsa. "gapa..pa k..an?" Lirih, suara lirih itu mampu membuat air mata yang sedari tadi di tahan oleh shalsa tak dapat untuk di tahan lagi.

"Aku gapapa na, tapi kamu harus tetap buka mata kamu" shalsa menjawab sambil mengelus wajah Naufal.

"N-no..no man..a?" Suara itu kian melemah dengan mata yang kian menyendu.

"Nofal lagi sama Tante etry di atas, dia baik-baik aja" jawab shalsa dengan tangis yang kian mengeras.

Melihat itu, dengan sekuat tenaga Naufal mengangkat tangan kanannya untuk menyentuh wajah shalsa.

"J-jangan nan..gi..s" Naufal kembali tersenyum.

"Na..n.a, ka..lah ya?" Ucap nya masih dengan senyum.

"Kamu menang, kamu menang na. buku yang kita buat terbit, kamu berhasil" jawab shalsa.

memang, Naufal memutuskan untuk berhenti bercita-cita menjadi fotografer, ia lebih memilih untuk membantu shalsa menciptakan buku.

"T..tapi, nana g..ak b-bertah..an sa..mpai akhir" ucapnya lagi.

"Kamu berhasil, kita berhasil. Dan kamu akan menang kalau kamu bertahan sekarang, ambulan akan datang sebentar lagi"

"Ga..papa, k-kamu.. aj..ah yang me..nang" suara itu kian melemah. Sekali lagi, Naufal memuntahkan cairan pekat, kali ini mungkin lebih banyak.

"Sial, apa ambulannya mogok!!?" Haekal mengumpat.

Naufal menatap Haekal.

Abu (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang