Bab 7 : Dia seorang maniak sihir?

25 7 0
                                    

*Bab ini direvisi menggunakan TalkBack, mohon maaf jika kurang rapi.*

20 menit telah berlalu, mereka sudah membicarakan berbagai hal tentang Alexia yang datang ke kota, serta perlakuan petugas gerbang yang membuat Al sedikit tertawa karenanya. Entah kenapa, waktu berjalan dengan lambat dan nyaman ketika mereka berbicara.

"Apakah aku bisa bertanya sesuatu?" tanya Alexia setelah keheningan sesaat.

"...Tentu, kamu ingin menanyakan apa?" Al sedikit terkejut dengan perubahan suara Alexia yang tiba-tiba penuh kehati-hatian.

"Bolehkah aku ... bertanya tentang penyakit matamu?" tanya Alexia, dia memperhatikan ekspresi pada wajah Al.

"...."

Al terdiam mendengar pertanyaan tersebut. Pertanyaan yang selalu ditanyakan oleh setiap orang yang dia temui, berulang kali juga dia sudah menjelaskan. Namun, masih ada yang tidak percaya ataupun mengerti padanya.

"...Kamu tidak perlu menjawabnya jika kamu tidak mau," tambah Alexia dengan suara pelan.

"Tentu kamu boleh menanyakan itu," ucap Al dengan tersenyum kepadanya.

"Apa kamu yakin?" tanya dia memastikan, takut menyakiti perasaan Al.

"Kamu bisa santai saja." Al tertawa kecil mencairkan suasana yang tegang. "Terkadang berbagi informasi itu penting, bukan?"

Al menyandarkan punggungnya ke kursi, lalu memejamkan mata sejenak dan mulai penjelasannya. "...Ini akan cukup panjang..".

Keanehan pertama kali terjadi 2 tahun yang lalu, dimana Al sangat sering tersandung atau menabrak sesuatu saat berjalan, lalu dia memutuskan pergi ke akademi untuk berkonsultasi dengan salah satu ahli dalam bidang medis di sana. Namun, dia segera menerima kenyataan   pahit. Ditemukan bahwa aAl terkena penyakit misterius yang tidak diketahui namanya. Penyakit yang membuat sel atau syaraf di mata akan mati seiring berjalannya waktu, bahkan bisa menimbulkan kebutaan.

Low Vision, begitulah namanya, ini adalah kondisi dimana mata hanya mampu melihat sebagian suatu objek, tanpa bisa melihat keseluruhannya. Sebagai contoh, ketika Al melihat kursi taman, hanya alas kursi tersebut yang terlihat di matanya, sementara kaki kursi tidak dapat dia lihat. Al juga menjelaskan kepada Alexia bahwa penyakit itu bisa diturunkan, dan hal yang paling menyakitkan adalah belum ditemukan cara untuk mengobatinya.

"...Begitulah ceritanya, kini penyakit itu sudah semakin memburuk pada mata kananku..." Al tersenyum pahit setelah menjelaskan. Alexia mendengar dengan seksama, terkadang dia ingin mengucapkan sesuatu. Namun, itu tidak dapat keluar dari mulutnya.


"...Itu pasti waktu yang sulit untukmu, ya," ucap Alexia dengan sedih setelah beberapa saat terdiam.


"Apa kamu mempercayaiku?" tanya Al melihat wajah Alexia.

"Apa maksudmu?" Alexia memiringkan kepala, bertanya kembali karena tidak mengerti.

"Ceritaku barusan, aku sering menceritakan kepada orang lain... tapi jarang orang mempercayainya karena mataku terlihat normal dari luar," balas Al dengan senyum kecut.

10% VisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang