Bab 13 : Diskusi

18 7 2
                                    

"Apa yang sedang kamu lakukan? sudah kubilang jangan khawatirkan itu!" Alexia panik melihat Al tiba-tiba membenturkan kepalanya di meja.

"Jangan pedulikan aku, biarkan aku seperti ini beberapa saat." balas Al, dia sangat malu mengingaat kejadian barusan, sehingga dia menyembunyikan wajahnya, "Anda bisa melanjutkan makan terlebih dahulu."

Roti yang ada di nampan Alexia masih tersisa satu yang utuh, "Apa kamu tidak ingin mencobanya lagi? tadi hanya sedikit yang kamu coba." ucap Alexia mengambil roti tersebut.

"Tolong ampuni aku."

Alexia memiringkan kepalanya, tidak mengerti apa yang Al bicarakan, akhirnya dia memakan roti itu sendiri "Hmm ini memang enak sekali." dia memegang mulutnya menikmati roti tersebut.

Setelah menghabiskan roti itu, Alexia memindahkan nampannya ke samping, "Jadi akan ku jelaskan mengapa aku mencarimu Al."

Mendengar nada Alexia sedikit serius, Al kembali tersadar dan mulai duduk dengan tegap, "Jadi apa itu guru?"

"...." Alexia terlihat sedikit kesal di wajahnya.

"Apa ada yang salah?" Al bertanya kembali karena tidak ada balasan.

"Tidak ada apa-apa." balas dia singkat.

Al menggaruk pipinya karena bingung dengan sikap Alexia.

"Tunggu sebentar, ulurkan tangan kananmu." ucap Alexia secara tiba-tiba..

"Tangan kanan? baik ini-" sesaat Al tidak mengetahui apa yang dia inginkan, tetapi Al pun mengingat kejadian kemarin dan akan menarik tangannya kembali. Tapi itu terlambat.

Alexia segera memegang tangan kanan Al, "Ini luka apa?" dia melihat dengan seksama luka tersebut.

"I-itu seperti biasa, aku terjatuh saat berjalan." jawab Al dengan panik, dia mengalihkan wajahnya agar tidak dilihatnya.

"Tapi ini tidak seperti luka saat aku melihatmu pertama kali terjatuh..." dia terus memeriksa luka tersebut "Ini lebih seperti luka terkena benda tumpul." ucap Alexia dan melihat wajah Al untuk memastikan.

"Apa kamu seorang peramal?" Al terkejut dia bahkan bisa menebaknya hanya dari melihat, "Jangan khawatir ini hanya luka kecil." dia menarik kembali tangannya.

"Memang itu luka kecil, tapi luka apa itu?" tanya dia dengan penasaran.

"Sebenarnya ini terkena batang pohon..."

"Batang pohon?" Alexia memiringkan kepalanya.

"Kemarin aku mengambil misi di guild petualang."

"Apa!?"

Akhirnya Al menceritakan kejadian kemarin di dekat hutan Gruer, di mana dia mengambil misi pengumpulan tanaman obat, dan akhirnya dia bertemu dengan goblin, bertarung melawannya menggunakan Magis Augen namun masih terluka. Dia tidak menceritakan bahwa sedang membutuhkan uang.

"Lucu bukan? orang sepertiku bahkan bisa terluka melawan goblin." ucap Al dengan senyum mengejek diri.

"Jangan bodoh!" Alexia segera membalasnya, "Setiap orang memiliki caranya sendiri dalam bertarung." dia menatap lurus pada mata Al.

"Tapi itu tidak menghilangkan fakta bahwa aku terluka melawannya."

"Tapi kamu mengalahkannya kan?"

"Benar..."

"Menurutku itu luar biasa." ucap tegas Alexia.

"Hah?"

"Meskipun dalam kekurangan, kamu masih tetap memilih melawannya. Bahkan kamu menemukan cara untuk mengatasi kekuranganmu dan menggunakan jebakan dalam situasi genting untuk bertarung."

10% VisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang