Bab 38 : Kejutan lainnya

14 4 0
                                    

*Bab ini masih menggunakan pembaca layar, mohon maaf jika kurang rapi.*

Di atas meja rias, ada berbagai macam kosmetik. Namun, gadis mungil itu, yang duduk di depan cermin hanya menggunakan bedak di atas wajahnya.

Tak diragukan lagi Alexia tidak perlu menggunakan hiasan terlalu berlebihan, karena kecantikannya yang alami. Dia memiliki bibir merah muda yang dapat memikat lawan jenis jika terus menatapnya. Dengan bulu mata panjang, itu semakin memperindah mata birunya.

Setelah merias wajah, Alexia menyisir rambutnya, lalu dia memasang jepit rambut di bagian atas telinga kanannya.

Menatap pantulannya sendiri di cermin, Alexia tersenyum cerah. Mengingat kejadian semalam, dia merayakan ulang tahunnya bersama Al dan Mariene. Meski dengan pesta sederhana, itu sudah membuatnya bahagia. Apalagi saat Al memberi sebuah kalung.

"Aku, aku hampir mengatakannya..." gumam Alexia sambil memegang liontin di dadanya. Jantungnya mulai berdebar saat dia membayangkan jika dia berhasil mengatakan "itu."

Sejujurnya, dia ingin melepaskan semua perasaan yang telah dia simpan. Tapi Alexia tidak bisa, dia tidak ingin membebani pikiran Al dengan perasaannya. Di mata Alexia, meski mereka terlihat sangat dekat, nyatanya itu tidak. Dia merasa ada dinding di antara mereka.

Menghela nafas panjang, gadis itu menampar kedua pipinya. "Apa sih yang kupikirkan? Aku harus fokus mengajar dulu!"

Bangkit dari kursi, Alexia mengambil seragam akademinya yang sudah siap di tempat tidur, lalu memakainya. Menatap boneka di ujung kasur, dia tersenyum kecil.

"Aku berangkat dulu, ya."

***

Saat berjalan ke ruang guru, terlihat beberapa siswa datang lebih awal. Sama halnya dengan Alexia, sebagai seorang guru, mereka perlu siap 30 menit sebelum pelajaran dimulai.

Memasuki ruang guru, gadis itu menyapa guru lainnya yang sudah hadir dengan ramah. "Selamat pagi, Semuanya."

"Selamat pagi," balas mereka serempak.

Ruangan itu cukup luas, diisi beberapa meja pribadi untuk para guru dan diatur dengan rapi. Alexia menuju mejanya yang terletak di tengah bagian kiri, dia lalu memastikan kembali jadwalnya.

"Kamu terlihat berbeda hari ini. Aku penasaran, apa terjadi sesuatu yang baik padamu, Guru Alexia?" Seorang guru wanita disebelah Alexia menyapanya.

"E-eh, apakah ada sesuatu di wajahku?"

"Kamu tersenyum lebih manis dari biasanya," katanya tertawa menggoda. "Coba lihat sekelilingmu."

Mendengar itu, Alexia melihat sekelilingnya. Banyak guru pria melirik atau mencuri pandangan pada dirinya. Saat tatapan mereka saling bertemu, para guru pria mengalihkan wajah.

"Ugh..."  Alexia tersenyum tidak nyaman, dia lalu menurunkan wajahnya agar tertutup tumpukan buku.

Beberapa saat kemudian, bel berbunyi menandakan jam pelajaran pertama dimulai. Alexia menyusuri koridor, menuju kelas pertamanya.

"Seharusnya ini baik-baik saja..." Gadis itu menepuk-nepuk pipinya, dia berusaha tidak memikirkan kejadian semalam.

Saat kelas mulai terlihat, Alexia memperhatikan ada murid laki-laki menjulurkan kepala di jendela seolah mengawasi area luar. Lalu, sang murid menyadari targetnya.

Dia kemudian kembali masuk dan menutup jendela. "Hey, Guru Alexia sudah datang!" teriaknya, setelah itu pintu kelas pun ditutup rapat.

"...Sekarang senyumku membuat siswaku takut." gumamnya lelah sambil berjalan ke pintu.

10% VisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang