*Bab ini masih menggunakan pembaca layar, mohon maaf jika kurang rapi.*
Sudah tiga hari berlalu sejak Alexia meninggalkan kota, tidak ada kabar yang pasti tentang alasannya mengenai pulang ke rumahnya. Menurut guru Vale, kemungkinan alasan Alexia kembali disebabkan oleh ibunya yang tiba-tiba jatuh sakit. Tapi...
Kenapa dia tidak memberiku kabar sama sekali?
Menatap cangkir teh yang telah setengah kosong di depanku, aku menghela nafas panjang.
"Apa Kakak baik-baik saja?"
"Ya, aku baik-baik saja," jawabku dengan senyum tipis.
Di depan pandanganku ada adikku, Marin, yang telah menggunakan seragam akademi bersiap untuk berangkat. Dia juga memasak untuk kami berdua juga sebelumnya. Itu enak, tapi itu tidak sebaik buatan Alexia...
Astaga... karena aku selalu memakan masakannya yang luar biasa enak, tanpa kusadari itu menjadi patokanku. Bahkan telur buatanku memiliki rasa yang berbeda dari buatanyya.
"Apa Alexia benar-benar tidak memberitahumu apapun?" tanyaku memastikan.
"Tidak. Kak Alexia bersikap biasa seperti kita pertama kali bertemu. Serius, aku tidak bohong kok. Apa Kakak tidak mempercayai adikmu sendiri?" jawab Marin, mulutnya cemberut karena kesal mendapat pertanyaan yang berulang dariku.
"Aku tidak mempercayaimu," kataku dengan nada bercanda.
"Kak Alexia tidak memberitahu mungkin tidak ingin membuat kita khawatir."
"Aku tahu itu," balasku dengan penuh keyakinan. Yah, itu memang seperti sifatnya.
Marin memelototiku seolah berkata "jika kamu sudah tahu, maka berhenti terus bertanya padaku!" Sementara itu, aku mengambil cangkir teh dan meminum sisanya, tidak mempedulikan tatapannya.
"Oh, iya. Bisa jadi Kak Alexia dipanggil ibunya karena akan dijodohkan~"
"Uhuk—" Aku tersedak mendengarnya. "Apa katamu barusan?"
"Kak Alexia umurnya 20 tahun lebih ... bukannya itu sudah memasuki usia untuk menikah? kata Marin sambil memegang dagu dengan tangan kanannya, kemudian dia menatapku dengan senyum licik. "Dan mungkin saja akan ada yang melamarnya nanti di sana~"
"...Itu tidak mungkin."
Tidak ... itu bisa saja terjadi. Dia cantik, baik hati, dan pandai memasak pula. Pasti cocok menjadi seorang istri... tunggu, apa yang sebenarnya kupikirkan? Marin hanya menggodaku! Jangan sampai tertipu!
Tapi, entah kenapa mendengar dugaan Marin membuat hatiku berhenti sesaat. Apa aku memang—
Saat aku memikirkan berbagai hal, suara tawa kecil keluar dari mulut Marin.
"Ups, aku bisa terlambat. Kalau begitu aku berangkat dulu, Kakak," katanya sambil meraih tas, lalu menuju pintu. Namun, dia menoleh kepadaku sebelum keluar rumah. "Kakak juga jangan sampai terlambat, oke?"
"Tunggu, apa maksudmu?" Aku segera berdiri mencoba menghentikan, tapi aku tidak bisa mengikuti kakinya yang cepat.
Apa maksudnya aku tidak boleh pulang terlambat dari misi guild nanti?
◇◇◇◇
Menuju gerbang kota, aku mengambil misi tanaman obat seperti biasa. Aku masih penasaran tentang keperluan Alexia pulang ke rumahnya. Tapi jika itu memang karena ibunya sakit, semoga tidak terjadi apa-apa.
Saat aku pergi ke guild tadi, ternyata Fran tidak ada di sana juga, sepertinya dia libur hari ini. Untungnya misi tanaman obat masih tersedia, atau lebih tepatnya itu menjadi misi "khusus" buatku. Begitulah yang aku dengar dari petualang lain seolah mengejekku.
KAMU SEDANG MEMBACA
10% Vision
RomantizmAl menderita penyakit misterius yang menyebabkan penurunan fungsi penglihatannya secara drastis, hingga mata kanannya tidak bisa melihat lagi. Penyakit itu juga membuat dia dikucilkan oleh lingkungan sekitar, bahkan ejekan dari mereka tidak luput di...