Bab 36 : Kami tidak melakukan apapun

29 4 0
                                    

*Bab ini masih menggunakan pembaca layar, mohon maaf jika kurang rapi.*

Satu minggu telah berlalu sejak Alexia pergi, dan masih belum ada kabar mengenainya.

Waktu sudah menunjukkan sore hari, di teras rumah, Al sedang duduk santai. Ada cangkir di meja sebelahnya, tapi itu telah kosong diminum. Pandangannya tertuju pada jalan tertentu, memperhatikan orang yang lewat di sana.

"Selamat sore, Al."

"Ya, selamat sore juga," jawab Al dengan ramah.

Itu adalah salah satu tetangganya, dia seorang paruh baya laki-laki yang baru pulang bekerja di Guild Umum, dan dia salah satu dari sedikit orang yang memahami penyakit Al.

Biasanya, jika ingin memanggil atau menyapa seseorang, kalian hanya perlu kalimat sederhana seperti "selamat pagi." Tapi jika ingin menyapa Al, itu memerlukan tindakan "khusus."

Karena Al memiliki pandangan yang terbatas, setidaknya diperlukan menyebutkan namanya untuk memanggil. Apalagi jika itu di tempat publik, Al tidak akan tahu jika dia sedang dipanggil, karena Al mungkin merasa orang itu sedang menyapa orang lain, sehingga dia menghiraukannya.

Pernah suatu hari Al menanggapi salah satu sapaan, tapi alhasil dia menjadi malu karena sapaan itu bukan di tujukan padanya. Begitu juga sebaliknya, saat Al menghiraukannya, orang lain akan menganggap dia sombong karena tidak menjawab, padahal yang terjadi adalah Al tidak bisa melihat mereka. Itu sebabnya perlu menyebut nama jika menyapa.

Satu hal lagi. Jangan menyapa dengan cara mendekatinya tiba-tiba, lalu menyentuhnya. Itu membuat orang yang memiliki pandangan terbatas akan sangat terkejut.

Tak lama kemudian, di arah jalan yang terus Al amati, ada seseorang yang terus memperhatikannya juga. Gadis berpostur mungil itu tampak ragu untuk menemuinya, tapi dia memutuskan perlahan mendekati rumah Al.

Meskipun sedikit terlambat, Al akhirnya menyadari gadis itu. Tanpa sadar mulutnya membentuk senyuman saat melihat gadis tersebut, dia kemudian berjalan mendekati pagar.

"Selamat datang kembali. Syukurlah, sepertinya kamu baik-baik saja," ucap Al lembut.

"Y-ya, aku baik-baik saja. Maaf, aku pergi tanpa mengatakan apapun..." Alexia, dengan suara menyesal mulai menjelaskan secara singkat alasan kepergiannya.

"Aku juga mendengarnya dari guru Vale... jadi, apa sekarang ibumu sudah baikan?"

"Ya, ibuku sekarang kondisinya lebih baik," jawab Alexia mengangguk kecil.

"Itu bagus. Kalau begitu, apakah kamu mau masuk?"

"Y-ya, jika kamu tidak keberatan..." jawab Alexia, dia sesaat melirik mata Al namun segera mengalihkannya.

"Tentu, aku tidak pernah melarangmu masuk," balas Al dengan tawa kecil.

Mereka kemudian memasuki rumah bersama. Di ruang tamu, Alexia meletakkan tasnya. Dia lalu melihat sekeliling ruangan seolah nostalgia, meski baru seminggu meninggalkan tempat ini.

"Hmm... apa Marin belum pulang?"

"Dia sudah pulang tadi, tapi dia segera pergi mengunjungi temannya," jawab Al. "Tunggu, apa dia sudah tahu kalau kamu sudah pulang?"

"Ya, aku sudah menemui Marin tadi. Apa dia tidak memberitahumu?" tanya Alexia memiringkan kepala.

"Tidak, dia tidak memberitahuku."

'Dasar anak itu!' Al menggerutu dengan kesal di pikirannya. Lalu, seolah menjawab sang kakak, sosok gadis dengan senyum iblis muncul.

"Hehehe. Selamat bersenang-senang, Kakak~"

10% VisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang