*Bab ini masih ditulis menggunakan TalkBack, mohon maaf jika kurang rapi.*
"Kamu di sana, kan? Keluarlah." Setelah memastikan grup akademi pergi, Al menoleh ke samping.
Semak-semak bergoyang, menandakan adanya makhluk hidup bersembunyi. Lalu, sesuatu berwarna biru melompat keluar dari sana.
Itu adalah si slime, Piyu. Memanfaatkan keributan yang terjadi, dia berhasil melepaskan diri dari cengkeraman para murid perempuan, dan menyembunyikan hawa keberadaannya. Namun, dengan Wind Barrier, Al samar-samar dapat mengidentifikasi siapa pun yang ada dalam sihir tersebut.
"Pyyuuu, pyyuu!" Piyu melompat-lompat di pundak Al, seolah menyuruh pergi dari tempat itu.
"Ada sesuatu yang perlu kulakukan." Pemuda tersebut tersenyum kering mendapati Piyu selalu bersamanya.
"Tapi aku senang kamu masih di sini, aku perlu bantuanmu," lanjut Al.
Piyu bergetar sesaat, merasa senang diandalkan. dan mendengarkan dengan serius setiap perkataan yang keluar. Al pun mengangguk kecil.
"Larutkan tanaman obat itu," minta Al, sambil memandang tas kulit di pinggangnya.
"Pyyuu…" Tubuh Piyu menyusut seperti bola, mengingat tindakan bodoh yang dirinya lakukan.
Al menggelengkan kepala. "Aku tidak akan menghukummu lagi. Kamu bisa mengambilnya, tapi oleskan beberapa larutannya di badanku."
Mendengar itu, Piyu menganggukan badan antusias. Dia kemudian melahap semua tanaman yang diberikan, membuat jamur-jamur berputar di dalam tubuh, dan melarutkannya menjadi butiran halus. Setelah selesai, dirinya mengubah bentuk seperti cairan jeli, lalu menyelinap ke baju Al.
"Hey, jangan ke bawah!" gerutu Al, menahan rasa geli ketika Piyu mengoleskan hasil larutan .
Dengan ini, Al telah menyamarkan bau badan agar King Orc tidak dapat menciumnya. Dia lalu menatap hutan di depan, itu gelap dan kosong. Namun, suara es yang terus dihancurkan semakin mendekat.
"Ayo lakukan dan segera pulang." Mengambil nafas sebentar, Al menenangkan jantung yang berdebar kencang.
Kedua tangannya terulur ke depan, sekali lagi memastikan lingkungan sekitar menggunakan Wind Barrier. Al memejamkan mata, kemudian angin yang bercampur Mana miliknya berhembus menyapu hutan.
'Tidak ada manusia lain … hanya ada King Orc dan beberapa monster di sana,' pikir Al lega, bisa melempar sihir dengan bebas.
Di saat berikutnya, Al membuka kelopak mata, dan tekanan Mana yang lebih besar menggetarkan hutan. Bahkan serangga pun tak sanggup terbang karena hal ini.
"GGROOOAR!" Merasakan firasat buruk menimpanya, King Orc meraung keras dan hendak meninggalkan tempat itu.
Namun, sudah terlambat.
"Sekarang!"
Memanipulasi Mananya yang sudah tersebar, Al menciptakan kubah berukuran 15m. Berawal dari tanah, dinding es berkilau putih biru terus menjulang ke atas, menuju pusat King Orc berada, dan menutupinya dengan kegelapan bersama monster.
Orang yang menyaksikan ini pasti bilang itu hanya membuang Mana sia-sia demi mengurung satu monster. Namun, dengan keterbatasan Al miliki, ini adalah pilihan teraman.
Tidak hanya itu. Al membuat beberapa dinding es di jalan yang berbeda, menciptakan seolah-olah pengguna sihir yang asli ada di sana sedang berlindung.
"Ayo pergi."
Dengan sedikit goyah karena penggunaan Mana yang berlebihan, Al mulai berjalan. Dia juga sudah menonaktifkan Wind Barrier agar tidak terdeteksi balik, jadi Al mengandalkan Piyu mencari tempat aman.
***
"Apa sudah aman?" tanya Al pelan.
Piyu, yang berada di bahu pemuda berambut hitam, terdiam sesaat dan menggelengkan badan.
Al mengangguk tanpa suara, kemudian dia menyandarkan tubunya dalam posisi berdiri di salah satu pohon.
Saat ini mereka bersembunyi di pinggir hutan, cukup jauh dari tempat sebelumnya. Tentu Al bisa memilih opsi meninggalkan area tersebut. Namun, dengan kondisi mata sangat buruk, dia sulit untuk berlari.
Ditambah kondisi padang rumput yang luas tanpa hambatan pandangan dan tanah tidak rata, ada kemungkinan King Orc bisa menyusul dengan mudah. Itu sebabnya Al menyamarkan baunya seperti lingkungan sekitar, lalu bersembunyi sampai situasi aman.
Karena Wind Barrier tak digunakan, Al tidak tahu posisi King Orc sekarang. Tapi, beberapa saat yang lalu, dia mendengar suara benturan keras, serta benda retak seperti es yang hancur.
'Kuharap dia segera kembali ke asalnya…' Al berharap dalam hati, merasakan suara es yang dihancurkan telah berhenti.
Namun, harapannya sudah dikhianati. Piyu tiba-tiba memperkuat cengkeraman di bahu Al. Sebagai monster lemah, slime itu merasakan udara berubah menyesakkan.
Pemuda itu menegakkan tubuh, lalu menoleh ke kiri dan kanan, tapi tidak ada apa pun selain pepohonan dan suara rumput yang tertiup angin. Al kemudian menatap Piyu. Namun, si slime tetap dalam posisi serius. Piyu sesekali berpindah-pindah dari sisi ke sisi di bahu Al, menggunakan instingnya untuk mendeteksi bahaya.
10 menit telah berlalu, tapi Piyu masih dalam posisi siaga. Al memercayai teman di sampingnya, jadi dia tetap sabar menunggu hingga situasi tenang.
Namun, suara langkah kaki berat mulai terdengar. Jantung Al berdetak kencang, begitu pula pelukan Piyu pada lengan Al semakin erat. Awan-awan gelap terus datang bagaikan ombak, membuat pandangannya perlahan kabur dan tegang.
'Aku tidak boleh panik.'
Al mengatur nafasnya yang kacau, menenangkan pikiran, lalu hendak melihat sekeliling lagi. Menekan jari-jarinya pada pohon, dia mengintip area di sebelah, dan saat itulah terjadi.
Tak jauh di belakang, tempat dimana Al melepaskan sihir sebelumnya, ada makhluk besar dan buas. Mata merahnya dipenuhi amarah, menatap tajam pada Al layaknya sang pemburu. Namun, karena Al mengalami masalah dengan bidang luas pandangan, dia hanya melihat pohon setebal manusia dewasa, atau lebih tepatnya, dia belum menyadari sosok mengerikan yang memegang pohon itu sebagai sebuah senjata.
"GGROAAR!"
"Pyyyuuu!"
Teriakan King Orc, dan peringatan dari Piyu pun menyadarkan Al atas situasi mencekam ini. Dia belum melihat penampilan King Orc sepenuhnya. Namun, dengan instingnya yang tajam, dia bergegas mengalirkan Mana, tapi itu sudah terlambat.
Batang pohon itu, yang bisa membuat orang terluka parah jika tertimpa, kini telah dilempar ke arah Al dengan kecepatan penuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
10% Vision
RomanceAl menderita penyakit misterius yang menyebabkan penurunan fungsi penglihatannya secara drastis, hingga mata kanannya tidak bisa melihat lagi. Penyakit itu juga membuat dia dikucilkan oleh lingkungan sekitar, bahkan ejekan dari mereka tidak luput di...