*Bab ini masih ditulis menggunakan TalkBack, mohon maaf jika kurang rapi.*
"Ugh!"
Al refleks melompat dari tempat dia bersembunyi. Segera setelah itu, lingkaran sihir berukuran tubuhnya muncul, dan bongkahan es besar keluar dengan kecepatan tinggi. Dia belum melihat jelas apa yang datang, tapi dia tetap mengarahkan es lurus ke depan.
Es kebiruan itu berhasil menyerempet batang pohon di tengah jalan, menimbulkan suara keras setelahnya. Kayu kokoh tersebut kini tak berbentuk, menghantam tanah karena berubah arah. Sementara itu, es menghantam pohon-pohon di sekitar, menebang beberapa selama prosesnya, dan menciptakan awan debu.
'Apa dia berasil mencium sisa bau Alexia sampai sejauh ini?' pikir Al. Tubuhnya menggigil ngeri mengetahui kemampuan King Orc yang tak masuk akal.
Al mengaktifkan Mmagis Augen, mengubah warna bola mata kanan menjadi biru jernih. Dengan mengalirkan Mana pada mata yang tidak bisa melihat, kini dia bisa melihat aliran Mana yang dimiliki seseorang, termasuk monster.
Namun, teknik itu tidak bisa menembus jika ada yang menghalangi pandangannya, jadi dia harus menunggu awan debu hilang. Dengan tangan tersilang di depan kepala, dan kumpulan Mana di telapak tangan, Al bersiap bertahan sekaligus menyerang kapan saja.
"Pyyuuu!"
Piyu, yang bersembunyi di balik jubah Al karena tidak mampu bertarung, mengirim sinyal bahaya. Pemuda itu hendak menggunakan Wind Barrier, tapi kakinya tiba-tiba goyah.
Tanah bergetar, itu terguncang hebat seperti gempa. Suara laju hentakan kaki terus mendekat, seolah akan menghancurkan apa pun yang diinjaknya.
Merasakan firasat buruk, Piyu menyelimuti area dada Al dengan tubuh slimenya. Sebagai respons, pemuda itu mengganti sihirnya dengan membuat dinding bola es absolut. Namun, takdir tidak memihak mereka.
"Ugghh—!"
Muncul dari awan debu adalah King Orc. Sosoknya yang tinggi dipenuhi hasrat membunuh terus melaju, tak membiarkan mangsa bereaksi. Saat sudah di depan Al, dia mengayunkan kaki kanannya yang besar, menghempaskan mereka keluar hutan seperti kerikil.
Karena tidak memiliki banyak waktu, dinding es itu hancur berkeping-keping oleh momentum King Orc yang ganas, membuat Al terbang menjauh dan berguling tak berdaya di tanah.
Tepat di pinggir hutan, awan debu menghilang tertiup angin, menunjukkan penampilan sang pembawa kehancuran. Namun, tubuhnya yang semula cokelat gelap kini dipenuhi goresan merah di sekujur tubuh, tidak salah lagi yang membuat luka itu adalah Al. Ketika masih mengulur waktu, Al terus menyerangnya dengan hujan es.
Meski hanya luka ringan, itu merusak harga dirinya sebagai King Orc karena telah dipermainkan oleh manusia rendahan. Apalagi saat gejolak Mana yang luar biasa mengelilingi hutan, dia hampir putus asa. Tapi, alhasil, dia hanya dikurung seperti anak kecil, tanpa ada sihir yang menyerangnya.
Mata King Orc menatap tajam manusia yang masih tergeletak, itu dipenuhi kebencian yang mendalam. Sang penghancur ingin membunuh manusia tersebut, mencabik-cabik tubuhnya dengan kedua tanduknya, lalu membiarkan orc lain memakannya.
Di sisi lain, tubuh Al perlahan menunjukkan kesadaran. Dia mencoba bangkit, tapi rasa sakit tak tertahankan menyerang dadanya, seolah beberapa tulang rusuk patah.
"Piyu— ugh!"
Mengingat teman yang telah melindunginya, Al memaksakan untuk bangun dengan kedua lutut masih menyentuh tanah. Namun, sebagai balasan, dia segera merasakan cairan hangat keluar dari mulut saat terbatuk.
Tidak hanya itu. Mata kirinya sekarang sangat buram seperti diselimuti kabut putih, mungkin karena serangan kejutan yang diterima atau penyakit matanya kambuh. Meski tidak bisa melihat, dia tetap mencari dengan bantuan Magis Augen dan meraba tanah sekitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
10% Vision
RomanceAl menderita penyakit misterius yang menyebabkan penurunan fungsi penglihatannya secara drastis, hingga mata kanannya tidak bisa melihat lagi. Penyakit itu juga membuat dia dikucilkan oleh lingkungan sekitar, bahkan ejekan dari mereka tidak luput di...