Bab 26 : Makanan buatan seorang peneliti sihir.

22 4 0
                                    

*Bab ini masih menggunakan pembaca layar, mohon maaf jika kurang rapi.*

Akibat Alexia yang terlalu larut dalam penelitian di ruangannya, itu menyebabkan dia tidak menyadari cuaca memburuk dan kehujanan saat pulang.

"Al, kamu mau makan apa?"

Sebagai rasa ucapan terima kasih karena telah diberi tempat beristirahat sampai hujan reda, Alexia akan memasak makan siang untuk mereka berdua.

"Aku tidak terlalu suka pedas, selain itu aku bisa makan apapun."

"Begitu..." kata Alexia sambil memeriksa bahan dan bumbu yang ada di dapur. Namun, dia hanya menemukan sedikit yang tersisa. "Al, selama ini kamu makan apa saja?"

"Hhhm, telur dan ... nasi?" jawab Al sedikit ragu. Dengan kondisinya sekarang, dia tidak bisa memasak masakan yang bervariasi, sehingga dia hanya bisa membuat yang sederhana, tapi terkadang dia membeli makanan dari luar jika ingin sesuatu.

"Kamu harus makan makanan nutrisi yang lain, oke? terutama sayur." ucap Alexia dan menghela nafas pelan. "Wajahmu terlihat tidak sehat, loh."

"Eh, apa itu benar?" Al segera meraba-raba wajahnya. Dia tidak menyadari bahwa ada sedikit cekung di pipinya, itu menunjukkan jika dia tidak mengatur makanan dengan benar.

"Itu benar."

Alexia kemudian mengambil dua telur, beberapa bumbu rempah dan nasi untuk porsi dua orang. Dia lalu mencari sesuatu yang lain di dapur, tapi tidak menemukannya.

"Apa kamu mencari sesuatu?" tanya Al yang sedang memperhatikan dari meja makan.

"Di mana kamu menyimpan celemek?"

"Oh, celemek." Al kemudian mencoba mengingatnya dengan melihat bagian dapur satu persatu. "Aku jarang menggunakannya, itu seharusnya masih di sana." dia menunjuk laci yang tepat di atas Alexia berdiri.

Alexia mendongak, lalu mencoba meraihnya. Namun, tangan kecilnya tidak sampai ke sana. Dia mengerutkan kening sesaat, kemudian dia mencoba berjinjit, tapi jarinya hanya menyapu udara.

Al yang memperhatikan gadis itu dari belakang terkekeh kecil di hatinya. Dia kemudian berjalan ke dapur, lalu membuka laci dan mengambil celemek itu. "Ini dia." katanya sambil tersenyum.

"T--Terima kasih." ucapnya menerimanya, dia terkejut Al tiba-tiba di sebelahnya sampai menghindari kontak mata. "S--Sepertinya kamu bertambah tinggi, ya." Alexia mencoba mengalihkan perhatian.

"Itu hanya perasaanmu." Al tertawa kecil, tatapannya beralih ke bahan-bahan yang sudah disiapkan. "Jadi kamu akan membuat apa?"

"Aku akan membuat Nasi Goreng." jawabnya sambil memakai celemek.

Penampilannya sangat berbeda, selama ini Al hanya melihatnya dengan seragam akademinya. Namun, kini dia menggunakan pakaian biasa dan celemek di atasnya, itu membuat aura seorang wanita dewasa sedikit keluar dari tubuhnya yang mungil.

Beberapa saat kemudian, suara pisau yang sedang memotong-motong meliputi dapur. Alexia mulai mengolah bumbu, mulai dari mengiris bawang merah, bawang putih, tomat dan sedikit lombok untuk meningkatkan rasa.

Setelah itu, dia menuangkan minyak ke penggorengan. Sambil menunggu panas, dia memecahkan dua telur di satu tempat dan memberi garam secukupnya. Kemudian Alexia mulai memasak, yang pertama masuk ke penggorengan adalah telur, lalu dia menghancurkannya sampai kecil-kecil, dan yang terakhir bumbu, nasi dan sedikit kecap.

Aroma yang mengundang selera tercium oleh Al, itu membuat perutnya mulai berbunyi.

"Maaf membuatmu menunggu." Alexia tersenyum, kemudian meletakkan bagian Al, lalu dia duduk di depannya.

10% VisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang