Bab 35 : Ini serius?

12 4 0
                                    

*Bab ini masih menggunakan pembaca layar, mohon maaf jika kurang rapi.*

"Sudah lama tidak bertemu, Tuan Putri," ucapku dengan sopan.

Dengan senyum indah di wajahnya, seorang gadis kecil yang cantik menuruni kereta. Dia menggunakan gaun berwarna hijau pucat, warna mata birunya dikombinasikan dengan rambut pirangnya yang cukup panjang, dan sepertinya kali ini dia menggunakan sepatu.

Itu mengingatkanku saat pertama kali bertemu, dia berlarian dari orc tanpa menggunakan alas kaki...

"Hehehe, sudah lama tidak bertemu. Aku telah mencarimu selama ini," kata sang Putri.

Tubuhku menegang mendengarnya, aku tidak menyangka akan dicari seorang bangsawan. Seingatku dulu aku tidak melakukan yang kasar padanya.

"Jangan khawatir, kami tidak akan melakukan yang aneh-aneh padamu," kata gadis itu menebak pikiranku.

"Maafkan kekasaran saya," jawabku tergesa-gesa, kemudian aku bertanya dengan sopan. "Lalu, jika Anda tidak keberatan ... apa saya boleh tahu alasan Anda mencari saya?"

"Sebenarnya aku memiliki permintaan untukmu!" Gadis itu dengan semangat di wajahnya mendekatiku, tapi segera berhenti dan menoleh ke belakangnya. "Kita masih punya banyak waktu, kan?"

Pria yang aku kenal, pemimpin para pengawal, memberi senyum ramah pada tuannya. "Benar, kita bisa beristirahat sebentar di sini, Tuan Putri," katanya, kemudian dia menatapku dan memberikan anggukan persetujuan.

Setelah itu, kami mencari tempat yang nyaman untuk berbicara, untungnya cuaca hari ini tidak terlalu panas. Di tempat yang teduh, aku menciptakan beberapa balok es untuk tempat duduk, tentu aku meminimalkan suhunya agar tidak terlalu dingin.

Yah, sang Putri telah melihat pertarunganku dan para pengawalnya sudah tahu. Jadi aku bisa menggunakan sihirku dengan bebas.

Sang Putri mengambil tempat duduk di dekat pohon. Sementara para pengawalnya berpisah untuk mengawasi area sekitar, kecuali pemimpinnya masih di dekat sang Putri. Setelah mendapat izin untuk duduk, aku mengambil balok es yang rendah tepat di depan kanan sang Putri.

"Aku ingin kamu membuatkanku sepatu seperti saat itu," kata gadis itu dengan antusias. Aura bangsawannya kini telah hilang diganti sesuai gadis biasa seumurannya.

"Sepatu? Apa maksud Anda sepatu es?" tanyaku.

"Benar!" Gadis itu mengangguk dengan cepat. Namun, ekspresinya berubah muram. "Yang sebelumnya mencair saat aku sampai rumah..."

"Ah, tentang itu, ya... maafkan saya." Aku tidak menyangka dia mencariku hanya demi sepatu es.

Sang Putri menggelengkan kepala. "Tidak perlu meminta maaf. Yang lebih penting, apa kamu bisa membuatnya lagi?" mintanya dengan penuh harap.

"T--tentu, saya bisa membuatnya lagi. Tapi saran saya nanti jangan digunakan sehari-hari, karena itu bisa mencair lebih cepat. Apa itu tidak apa-apa?"

"Itu baik-baik saja!" katanya dengan senang.

Dengan kondisi masih duduk, sang Putri melepas sepatunya saat ini dan melemparnya ke samping. Namun, komandan berhasil menangkapnya dengan sigap.

"Tuan Putri, tolong berhati-hati," kata Komandan mengingatkan.

Sebelumnya aku langsung membuat dua sekaligus, tapi kali ini aku akan membuatnya satu-persatu agar lebih fokus. Membuat bola air seukuran telapak kakinya, aku mendekati sang Putri dan berjongkok di depannya.

"Permisi kalau begitu ... tolong jangan banyak bergerak," ucapku, lalu mulai memasukkan bola air ke kakinya.

Mulai mengikuti bentuk kakinya yang kecil, bola air itu mulai berubah menjadi bentuk sepatu yang ku bayangkan.

10% VisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang