Rerumputan dan pobon sedikit bergetar, sesuatu itu kini semakin dekat berjalan kemari. Aku segera membuat jarum es berukurang lengan ku seperti biasa berjumlah 5 di samping kiri dan kanan, tidak ada manusia lain dalam lingkup Wind Barrier jadi aku bisa melemparkannya secara aman.
Sosok itu mulai terlihat keluar dari hutan, berukuran 4-5 meter, berwarna cokelat dan kedua taring keluar dari mulut bagian bawahnya. Itu adalah Orc.
Al segera melemparkan semua jarum es itu ke arah Orc, kelima benda tajam melumcur dengan cepat ke monster itu. Namun insting Orc sangat berbeda dengan goblin, dia bisa merasakan bahaya memdekat dari jarum es itu dan segera menghantam pohon disebelahnya lalu digunakan untuk melindunginya.
"Apa!?" Al terkejut melihat serangan dadakan yang dia lakukan tidak berhasil mengalahkannya. Hanya 2 jarum es yang mengenai Orc, itu juga tidak terlalu dalam karena kulitnya yang cukup tebal.
Orc memperhatikan luka yang dia terima di bahu kanannya, lalu mencabut benda tersebut, hanya sedikit darah yang keluar dari sana. Menatap dari mana es itu dilemparkan dan menemukan musuh, dia segera lari menuju Al berada. Orc lebih lambat dari goblin dalam bergerak, namun langkahnya yang besar memperpendek jarak cukup cepat antara mereka.
Al melihat itu merasakan ngeri di tubuhnya, dia segera menggunakan teknik andalan untuk mejebak musuh.
Ice Floor.
Seketika muncul lantai es dari tempat Al sampai Orc, pergerakan monster itu pun terhenti. Akan tetapi Orc hanya berhenti beberapa detik, dia segera melepaskan kakinya yang terjebak memanfaatkan tenaga besar di tubuh nya.
*Note : untukmpai saat ini dan sampai waktu belum ditentukan, saya mengetik mengetik menggunakan pembaca layar karena belum bisa melihat sama sekali. Mohon maaf jika kurang rapi.
Al mencoba hal yang sama, namun lagi-lagi tenaga Orc menjadi unggulan, jika itu mengenai Al akan berakibat fatal. Kini dia mencobanya lagi meskipun itu akan hancur, tapi dalam waktu singkat itu Al segera membuat dinding es di sisi kiri, kanan, depan dan belakang Orc. Monster itu kebingungan dengan apa yang terjadi, awalnya berada di tempat luas tapi sekarang di ruang sempit, Al segera memanfaatkan momen itu untuk menciptakan beberapa jarum es dengan ukuran dua kali lipat lebih besar dari sebelumnya di atas Orc dan menghujaninya. Orc merasakan ruang semakin gelap dan menoleh ke atas, tapi itu sudah terlambat.
Jleb- jleb- jleb-. Suara jarum es kini terdengar menembus Orc, cipratan darah mulai keluar dari sela dinding es.
"Hampir saja!"
Meskipun tadi adalah pertarungan yang singkat, tapi melawan Orc adalah pengalaman pertama, itu sudah membuat hati Al berdegup kencang. Di tambah dia melindungi seseorang dibelakangnya--.
"Kereeen!" Suara gadis kecil dan tepuk tangan membuat Al tersadar lalu berbalik. Dia yang tidak sadar beberapa menit yang lalu telah bangun dan menonton pertarungan di menit terakhir.
Al segera membersihkan jubahnya dan kembali ke tempat gadis itu. Dia menjaga sikapnya karena kemungkinan perempuan di depannya adalah seorang bangsawan.
"Apa babi itu sudah kalah?" tanya gadis itu dengan semangat setelah Al berada di hadapannya.
"Babi?" Al menoleh ke belakang. Melihat Orc tadi memang memiliki kesamaan dengan babi yaitu hidungnya "Ya itu berhasil dikalahkan." balas aal dengan senyum.
"Itu tadi luar biasaaa!" puji gadis itu.
"Terima kasih ... apa anda baik-baik saja? kenapa anda bisa sendirian?"
"Kaki ku sedikit sakit.." dia menunjukkan luka di kakinya, mungkin terjatuh saat berlari "Dan aku bersama para pengawal sebelum para babii itu menyerang." gadis itu menatap khawatir ke arah hutan.
"Para pengawal pasti mencari anda sekarang, jangan khawatir saya akan menemani anda." Al berjongkok di depan gadis itu yang sedang duduk di balok es "Saya memiliki potion yang bisa meringankan luka, jika anda tidak keberatan." Al mengambil itu di balik jubahnya.
"Apa itu akan sakit?"
"Tidak, ini akan terasa nyaman." Al mulai mengoleskan potion, sementara gadis kecil itu menutup kedua matanya karena takut akan sakit yang akan datang "Nah, sudah selesai."
"Ehh sudah selesai?" gadis itu membuka matanya "Lukanya juga hilang!" dia mulai menggerakkan kakinya dengan senang.
"Di mana sepatu anda?" tanya Al mencari di sekitar.
"Sepatu? tentu aku membuangnya!" balas gadis kecil itu dengan bangga "Itu membuatku susah berlari jika terus memakainya."
Al terkejut mendengar jawabannya, entah karena gadis itu terlalu aktif atau cerdik dalam berpikir. Al terdiam sebentar mencari cara agar dia bisa memakai sesuatu di kakinya "Mungkin itu bisa!" Al terpikirkan sesuatu, sementara gadis kecil memiringkan kepala.
Al mulai membuat dua bola air di atas kedua tangannya "Ulurkan kaki anda, saya akan mencoba membuat sepatu untuk anda." gadis itu melakukan apa yang Al katakan karena tertarik dengan sepatu yang akan dibuat, "Ini akan sedikit lama dan sedikit dingin, tolong jangan terlalu banyak bergerak."
Al mulai meletakkan bola air ke kakinya, membuat pola ukuran kaki menggunakan aliran dalam bola air, setelah cukup yakin dengan ukurannya kini Al mulai membuat tampilan luar, ria membuat yang sederhana agar tidak terlalu mencolok. Kemudian setelah semua selesai, tampilan sepatu air telah muncul, Al mulai memisahkan sepatu dari kakinya dan mulai mengalirkan mana lebih banyak lalu merubahnya menjadi es.
"Cantiknyaaa!" ucap gadis itu dengan mata berbinar-binar. "Silahkan di coba.," Al meletakkan sepatu di depan kakinya.
Gadis itu mencoba sepatu tersebut "Wah ini pas sekali dan rasanya sejuk di kaki!" jawab gadis itu menatap sepatu putih itu.
"Bagus lah, anda bisa menggunakannya sementara."
"Apa ini untuk ku?"
"Tentu." jawab Al dengan tulus.
"Terima kasih!" ucap gadis itu dengan wajah gembira, dia segera berdiri dan berjalan mencoba sepatu baru. Al tersenyum melihat tingkah dia, mengingatkannya pada seseorang.
"Bisakah anda tunggu di sini sebentar? saya perlu memeriksa dekat hutan."
"Ya." jawab gadis itu yang sedang berjalan memutari balok es. Al berjalan mendekati hutan, tujuan yang sebenarnya adalah dinding es. Dilihat dari manapun itu akan menarik perhatian banyak orang, sehingga Al ingin menghilangkannya dengan cepat beserta lantai es tersebut.
"Uggh.. sepertinya aku terlalu berlebihan." Setelah mencairkan dinding es, tubuh Orc tergeletak dengan jarum es yang masih ada di tubuhnya, bahkan ada yang sampai menembus tanah. Al pun menghilangkan beberapa jarum itu, kini tubuh Orc hanya ada lubang yang tidak diketahui dari mana.
"Seharusnya ini aman ... kan? sebaiknya aku segera mencari pengawal gadis itu." Al pun mengaktifkan Wind Barrier dengan jangkauan 15 meter "Sepertinya itu mereka." 4 orang terdeteksi, dari tingginya seperti orang dewasa.
Al memutuskan menunggu di dekat hutan karena mereka segera berlari menuju Al setelah merasakan Wind Barrier.
"Selamat siang ... eh?"
Belum selesai menyambut, Al telah dikelilingi empat pria dewasa dengan senjata diarahkan padanya.
"Apa kau menculik tuan kami?"
KAMU SEDANG MEMBACA
10% Vision
RomanceAl menderita penyakit misterius yang menyebabkan penurunan fungsi penglihatannya secara drastis, hingga mata kanannya tidak bisa melihat lagi. Penyakit itu juga membuat dia dikucilkan oleh lingkungan sekitar, bahkan ejekan dari mereka tidak luput di...