*Bab ini masih ditulis menggunakan TalkBack, mohon maaf jika kurang rapi.*
"Regu pertama, apa kalian sudah siap?" tanya gadis berambut putih.
"Siap, Guru!" jawab mereka serempak.
Alexia, dengan wajah serius, menatap murid-muridnya yang berbaris. Kali ini dia tidak menggunakan seragam untuk mengajar, melainkan seragam olah raga dengan warna merah gelap.
Mereka sekarang berada di luar hutan Gruer, bersiap melaksanakan ujian praktik. Kelas itu dibagi rata berdasarkan nilai fisik, hingga menjadi 6 kelompok dengan masing-masing berisi 5 anggota.
Tujuan praktik ini adalah agar para murid merasakan pertempuran secara langsung melawan monster dan melatih kerja sama.
"…"
"…"
Meski begitu, rasa tegang dan cemas meliputi mereka. Beberapa murid kakinya sedikit gemetar, pandangan mereka terus berkeliaran menyusuri hutan. Bahkan pakaian olahraga yang digunakan telah basah oleh keringat karena gugup.
Memperhatikan kecemasan muridnya, Alexia menepuk tangan dan berbicara dengan cerah. "Jangan khawatir, area ini telah diawasi akademi sejak lama. Jadi, hanya ada monster lemah seperti goblin di sekitar."
Mata anak-anak kembali fokus, menatap Alexia penuh keyakinan. Meski memiliki postur tubuh kecil, dia berdiri dengan anggun dan berani di depan deretan hutan.
"Jika yang terburuk orc muncul, jangan panik. Kalian pasti bisa mengalahkannya dengan bekerja sama," kata Alexia, mengingatkan agar tidak bertindak sendiri.
"Ya, Guru!"
Alexia mengangguk puas, kemudian dia memandang tiga kelompok di depannya. "Ketua tim, harap maju."
Ketiga murid laki-laki maju ke depan Alexia, langkah mereka ringan seolah tak memiliki hambatan. Sebuah pedang pendek tergantung di pinggang masing-masing, memancarkan aura kepemimpinan.
"Apa kalian sudah membawa dua barang itu?" tanya Alexia.
"Ya." Ketiga remaja itu mengangguk bersamaan, lalu merogoh tasnya.
Benda bulat kecil berukuran setelapak tangan adalah jam, berfungsi untuk mengetahui waktu selama ujian. Sementara yang lain adalah gulungan sihir untuk keadaan darurat.
"Bagus. Panggil kelompok kalian dan segera berkumpul."
***
Tugas dalam ujian adalah mengumpulkan tiga bendera berbeda yang tersebar di dalam hutan. Mereka tidak diwajibkan berburu beberapa jumlah monster, hanya perlu menyerang jika mereka diserang. Tiap kelompok juga memulai dari jalan yang berbeda, sehingga akan minim bentrok di dalam sana.
"Waktu kalian 180 menit. Selalu cek jam kalian dan segera kembali jika waktu akan habis," kata Alexia sambil mengangkat jam di sakunya, memberi arahan terakhir.
Para murid mengangguk mengerti, tapi tiba-tiba ada salah satu murid mengangkat tangan hendak bertanya.
"Um, Guru … apa yang terjadi kalau kami gagal mengumpulkan bendera?" tanya murid perempuan dengan gugup, rambut panjangnya telah diikat demi kemudahan bergerak.
"Tentu nilai kalian akan dikurangi," jawab Alexia terus terang.
Mendengar itu, si perempuan gemetar ketakutan. Namun, Alexia melembutkan ekspresi wajahnya dan meneruskan penjelasan.
"Jika kalian memang tidak sanggup, segeralah kembali, dan jangan ragu menggunakan gulungan sihir yang sudah diberi. Utamakanlah keselamatan kalian terlebih dahulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
10% Vision
RomantizmAl menderita penyakit misterius yang menyebabkan penurunan fungsi penglihatannya secara drastis, hingga mata kanannya tidak bisa melihat lagi. Penyakit itu juga membuat dia dikucilkan oleh lingkungan sekitar, bahkan ejekan dari mereka tidak luput di...