Bab 33 : Kabar

16 4 0
                                    

*Bab ini masih menggunakan pembaca layar, mohon maaf jika kurang rapi.*

"Kakak, bagaimana menurutmu?"

Seorang gadis remaja sedang berputar menunjukkan pakaian yang sedang dia gunakan. Baju itu memiliki lengan pendek tepat di atas siku, sementara roknya berkibar dengan elegan sampai bawah lutut.

"Seragam itu sangat cocok untukmu."

"Hehehe, terima kasih~" Marin tersenyum bahagia.

Sudah empat hari berlalu sejak adikku datang ke sini. Aku sedikit khawatir tentang tujuan utamanya kemari, tapi aku senang jika dia bisa membuat senyum seperti itu.

"Lihat sudah jam berapa ini, kamu tidak boleh terlambat di hari pertama sekolah." kataku melihat jam di dinding.

Marin yang sedang berdiri di depan kaca berputar-putar menikmati seragamnya akhirnya tersadar kembali.

"Ups, itu benar. Kalau begitu aku berangkat dulu, Kakak." ucapnya dengan panik, dia kemudian mengambil tas dan menuju pintu.

"Ya, tolong jangan membuat masalah di sekolah."

Aku melihat adikku meninggalkan rumah dengan semangat bersenang-senang, semoga dia tidak lupa untuk belajar juga. Namun, pintu sedikit terbuka lagi dan Marin muncul dengan wajahnya mengintip dari sana.

"Aku akan pulang bersama Kak Alexia juga~" kata Marin sambil mengedipkan mata kanannya.

"Jangan menggangunya saat bekerja, mengerti?" tegurku.

Setelah dia tertawa kecil, pintu kembali tertutup dan suara kakinya kini benar-benar menjauhi rumah.

Aku menghela nafas lelah melihat tingkah adikku, dia orang yang baik, tapi itu sedikit bermasalah saat menjahili orang.

Yah, dia akan tinggal bersamaku untuk sementara waktu karena asrama masih dibuka bulan depan.

Menyandarkan tubuhku ke kursi, menatap langit-langit ruangan. "Apa yang harus kulakukan hari ini, ya?"

Aku sedang libur mengambil misi hari ini... apa aku pergi ke tempat penelitian Alexia saja? Hari ini bukan jadwalnya meneliti, tapi entah kenapa aku merasa ingin ke sana saat ini.

Lagipula aku sedikit penasaran dengan penelitian barunya.

Setelah berhasil membuat gulungan sihir tipe serangan, dia kini beralih ke tujuan yang lain, itu adalah alat sihir. Gadis itu berencana membuat sejenis "alat komunikasi." Awalnya aku tidak mengerti maksudnya. Namun, setelah mendengar kegunaan benda itu, aku menjadi mengerti kenapa dia disebut gadis jenius.

Alexia menjelaskan jika benda itu dimungkinkan untuk berkomunikasi dalam jarak jauh dan real time. Saat ini, jika ingin menghubungi orang di luar kota adalah melewati surat dan membutuhkan waktu agar surat itu sampai ke penerima. Belum lagi ada resiko surat itu tidak sampai karena suatu hal dalam pengiriman seperti kecelakaan atau serangan monster.

Maka dari itulah Alexia ingin mencoba membuat alat sihir komunikasi agar membagikan informasi lebih mudah.

Aku penasaran, apa nannti aku bisa menghubungi orang tuaku melalui alat sihir itu?

Membayangkannya hanya akan membuatku semakin penasaran. Akupun bangun dari kursi, lalu pergi ke halaman rumah dan melatih sihir untuk mengisi waktu luang.

◇◇◇◇

Memasuki akademi, waktu istirahat sudah dimulai, pada saat itu juga para murid keluar dari kelas.

Saat aku berjalan menuju ke ruangan penelitian, aku mulai merasakan banyak tatapan diarahkan padaku. Tatapan itu seperti mengejek atau mengasihaniku, mungkin itu karena aku juga cukup sering menabrak dan tersandung sesuatu.

10% VisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang