*Bab ini masih menggunakan pembaca layar, mohon maaf jika kurang rapi.*
Di depan Guild Petualang, ada dua orang yang telah menyelesaikan misi bersama. Mereka memiliki tinggi hampir serupa, tapi memiliki warna rambut yang berbeda. Pria berjubah memiliki rambut hitam, sementara yang lain mempunyai rambut cokelat cerah.
"Kalau begitu aku pulang dulu. Jangan ragu membentuk party denganku lagi lain waktu."
Dengan senyuman menyegarkan, Leon mengatakan itu kepada Al. Beberapa hari setelah beristirahat dari penyakitnya, Al mulai mengambil misi kembali. Namun, secara tak terduga dia bertemu Leon, dan akhirnya mereka membuat party.
"Bertarung bersamamu entah kenapa itu menegangkan." Al selama ini selalu bertarung sendirian, dengan keterbatasan yang dia miliki, dia tidak ingin membebani atau melukai rekan timnya.
"Bukankah itu pengalaman yang bagus? Lagipula pergi sendirian itu sangat beresiko, kan? Aku tidak keberatan menemanimu selama aku tidak ada misi di luar kota." saran Leon.
'Bukankah kau juga berpetualang sendirian juga?' Al ingin mengucapkan itu, tapi dia tidak mengatakannya. Dia mengerti jika Leon mengkhawatirkan kondisinya.
"Itu benar, terima kasih telah menemaniku hari ini." kata Al dengan senyum tipis. "Mari kita membuat party lagi jika ada kesempatan."
Setelah mengatakan itu, mereka mengambil arah jalan pulang yang berbeda.
Kondisi jalan dulu yang tidak rata dan banyak batu kecil bertebaran kini sudah tidak ada lagi, itu semua telah diperbaiki seiring berjalannya waktu. Meski Al masih berjalan lambat karena kondisi matanya, tapi dia kini jarang tersandung dalam perjalanan.
Al biasanya akan membeli persediaan makanan saat pulang. Namun, tugas itu sekarang diambil oleh Alexia, karena dia juga yang akan memasak.
Masalah keuangan yang dialami Al juga sudah berhasil ditutupi. Gulungan sihir yang mereka buat bersama sangat laku dicari para petualang, bahkan permintaan dari luar kota mulai muncul. Itu sebabnya Al dapat memberikan uang belanja dengan aman ke Alexia.
◇◇◇◇
"Haaah...."
Al menghela nafas lelah setelah minum segelas air putih, dia meluruskan kakinya, kemudian mengistirahatkan tubuhnya bersandar di kursi meja makan.
Tok tok tok.
Mendengar suara ketukan pintu, Al mengalihkan perhatiannya ke sana. Akhir-akhir ini, dia sedikit khawatir saat menyambut Alexia, penyebabnya adalah keraguan di hatinya. Dia "mungkin" menyadari mulai mencintai Alexia, tapi pada saat yang sama rasa takut menyelimuti hatinya.
Membuang pikiran itu, Al berdiri dari kursinya, kemudian dia menuju pintu depan dan membukanya. Dia pikir itu adalah Alexia yang biasanya datang. Namun, secara mengejutkan itu bukan dia, melainkan gadis lain yang tak terduga muncul.
"Selamat siang~"
Al segera menutup pintu dengan cepat setelah melihat sesaat gadis itu.
"Apakah aku salah lihat?" gumamnya sambil menyentuh area sekitar matanya. Tak lama kemudian, suara ketukan pintu terdengar cepat.
"Heeyy, kenapa kamu menutup pintunya lagi!?" teriak gadis itu dari luar.
Setelah mendengar suara gadis itu lagi, Al mengonfirmasi bahwa dia tidak salah mendengarnya. Banyak tanda tanya muncul di kepalanya "kenapa dia bisa di sini?"
"Maaf, maaf. Aku kira aku salah lihat orang."
"Kenapa kamu bisa melupakan wajah adikmu sendiri?" tanya gadis itu dengan cemberut, kedua tangannya tersilang di dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
10% Vision
RomanceAl menderita penyakit misterius yang menyebabkan penurunan fungsi penglihatannya secara drastis, hingga mata kanannya tidak bisa melihat lagi. Penyakit itu juga membuat dia dikucilkan oleh lingkungan sekitar, bahkan ejekan dari mereka tidak luput di...