Bab 49 : Suara dan aroma adalah hal yang berbahaya

14 3 2
                                    

*Bab ini masih ditulis menggunakan TalkBack, mohon maaf jika kurang rapi.*

Sebuah batu sihir sebesar telapak tangan tiba-tiba bersinar, diikuti oleh kotak persegi panjang di sampingnya mengeluarkan cahaya sebentar sebelum kembali normal. Beberapa detik kemudian, selembar kertas keluar dari bawah kotak tersebut.

Dengan hati-hati, aku mengambil kertas itu, dan perlahan membacanya.

Aku mencengkram erat-erat, menahan suaraku yang bergetar. "Ini berhasil…"

Memang isi dari kertas tidak terlalu penting, hanya beberapa resep makanan acak. Yang lebih penting adalah kami berhasil mengirim pesan jarak jauh!

Saat ini, Alexia bertindak sebagai pengirim di tempat penelitiannya, dan aku menunggu pesan masuk di teras rumah. Aku ingin membalas pesan menggunakan benda ini juga, tapi Alexia melarangku karena itu belum stabil.

Merasa lega tidak terjadi hal berbahaya, aku menjatuhkan tubuhku ke kursi, lalu sesuatu yang lembut melompat di pangkuanku.

"Pyyuu, pyyuu, pyyuu."

"Ya, kami berhasil," kataku tersenyum puassambil mengelus slime biru, si Piyu.

Aku memandang halaman rumah, hari sudah sore dan cahaya matahari ditutupi awan tebal

"Sekarang, tinggal menunggu dia datang dan merangkum hasil uji coba hari ini."

***

30 menit kemudian, tanpa ada suara ketukan, pintu depan tiba-tiba terbuka. Alexia berdiri dengan terengah-engah, tangannya yang memegang pintu sedikit goyah.

"Hey, ada apa? Apa kamu baik-baiksaja?" tanyaku cemas.

Apa dia bergegas ke sini karena takut terjadi kecelakaan menimpaku saat uji coba? Atau hanya ingin tahu hasilnya? Kurasa itu yang pertama, karena ketika dia menyadariku, gadis itu menghela nafas lega.

"Apakah berhasil?" tanya Alexia, nafasnya masih naik turun tak teratur.

"Ya, resep makanan itu berhasil masuk," jawabku dengan nakal sambil mengarahkan pandanganku ke meja.

Mendengar ucapanku, mata Alexia terbelalak, dan dia segera menuju meja dimana alat itu telah dipindahkan. Dia perlahan mengambil selembar kertas di sana, kemudian membacanya dengan seksama.

"Tidak ada tulisan yang hilang, semuanya tersalin sempurna…" gumam Alexia, suara dan tangannya sedikit gemetar. "Ini … ini berhasil!"

Berbalik ke arahku, dia tersenyum bahagia. Lalu, tiba-tiba dia melompat ke dadaku.

Ugh, ini tidak bagus untuk hatiku…

Semenjak kejadian "itu", dia sekarang tanpa segan melakukan kontak fisik denganku. Tentu sebagai seorang pria aku senang dipeluk seperti ini, tapi ini menaikkan kesulitan saat ingin mengungkapkan perasaanku…

Hari ini adalah kesuksesan uji alat komunikasi setelah sekian banyak kegagalan, kurasa aku akan sedikit membalasnya.

"Kamu sudah bekerja keras," ucapku lembut sambil menepuk punggungnya.

"Y-ya, terima kasih."

Setelah beberapa detik, Alexia melepas pelukannya dengan senyum malu-malu, ini membuat wajahku sedikit memanas. Kami kemudian duduk di sofa, dan membahas hasil percobaan.

Batu sihir, bahan yang paling dibutuhkan untuk mengirim dan menerima sinyal masuk melalui Mana. Itu perlu diukir formula yang dibuat oleh Alexia agar berfungsi, sehingga perlu banyak waktu jika batu sihir kehabisan daya.

Waktu pengiriman juga memiliki masalah. Meski hanya di dalam kota, pesan tidak langsung masuk, tapi harus menunggu hingga 5 menit, ini di luar dugaan kami. Mana yang dikirim sepertinya menyebar acak, tanpa langsung ke tempatku. Jadi jika ini dibuat secara massal, lalu Alexia mengirim pesan, maka bukan hanya aku yang menerima pesan, tapi orang di sekitar akan mendapat pesan serupa.

10% VisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang