"Aku bisa kok ngandelin diri aku sendiri. Nggak usah nunggu orang yang bisa aku andelin."
"Ribet ah, gue bisa kok sendirian. Nggak pusing, ya udah lah gini aja."
"Aku belum sanggup ngurusin orang lain. Hidup aku aja masih perlu diurus."
Adalah kalimat-kalimat yang setidaknya terucap setiap kali Kaureen, Maisy dan Ayyara berkumpul dan membahas soal peran pria dalam hidup mereka.
Hari ini, ketiganya merenungi apa yang pernah mereka ucapkan di masa lampau.
"Heran, padahal hari-hari tuh biasa aja, kek nggak ada lelah-lelahnya sama sekali, tapi begitu liat muka Juna ... bawaannya pengen peluk terus nangis aja gitu aku capek aku mau leyeh-leyeh please temenin aku sambil dipeluk," kata Ayyara.
Maisy tertawa dengan keras, "Aku nggak tahu dapet energi dari mana, di kantor hectic banget tapi begitu pulang dan lihat Dion senyum karena dia sampe rumah duluan, bawaannya langsung pengen menjamin kesejahteraan hidup dia selamanya."
"Anjir," sahut Ayyara dan Kaureen.
Maisy menggelengkan kepalanya, tak paham dengan dirinya sendiri, "Padahal di jalan tuh udah berencana, sampe rumah mau langsung rebahan, soal makan udah lah go food aja kan gampang ya, tapi pas Dion bilang 'Sayang, mau makan malem apa?' aku langsung ... 'Aku masak dulu ya tunggu!' APA YANG TERJADI KEPADAKU?!" gugat Maisy.
Kaureen hanya bisa menghela napas, "Lo berdua jangan kenceng-kenceng ngomongnya, nggak lihat suami gue ikut? Kalau dia denger gimana?" tanyanya seraya melirik sosok pria yang duduk di kursi yang berada di hadapan mereka.
Sontak, pandangan Maisy dan Ayyara pun tertuju kepadanya. Keduanya menahan tawa.
"Sipaling sendirian kemana-mana, sekarang diikutin pawang yah?"
Kaureen melotot, ia mendekat pada kedua temannya, "Masalahnya tuh bukan diikutin. Dia tuh selalu bilang 'Kamu kalau mau ini mau itu tolong bilang sama aku, biar aku bisa temenin, kalau nggak bisa nemenin pun minimal aku tahu gimana-gimananya'."
"Dan kata nggak bisa nemenin itu kayaknya nggak pernah ada di kamus hidupnya Mas Kun ya?" tanya Ayyara polos.
Maisy terkikik, "Si Kuncoro kayaknya emang susah banget nemu kamu, makanya nggak bisa ngelepas kemana-mana."
"Ini mah gara-gara Kak Kaureen sendiri nggak sih yang pernah bilang pengen diposesifin? Jadi bener kan kejadian, diposesifin."
"Ngaca! Lo juga bilang pengen ada yang atur, mampus lo idup lo sekarang diatur sama Juna," ucap Kaureen.
Ayyara tertawa sumbang, wanita seperti dirinya—yang sebenarnya tidak terlalu taat aturan—namun juga tidak terlalu melanggarnya—yang mencoba mempertahankan dirinya untuk tidak mudah mengalah dan menurut pada orang lain, kini menjadi wanita paling penurut di dunia. Kalau Juna—suaminya bilang tidak, maka Ayyara tidak punya alasan lagi untuk menyanggahnya.
"Jatuh cinta sialan," umpat Ayyara. Ia menatap Maisy dan melancarkan aksi tidak mau kalahnya, "Sama aja Kak Maisy juga, katanya nggak mau ngurusin orang lain karena capek, ujung-ujungnya, selalu menyempatkan waktu buat memastikan berondongnya baik-baik aja."
Maisy meringis, "Sumpah kenapa ya? Kok sempet banget aku nelponin Dion nanya dia udah makan apa belum, padahal dia kan kerja di restoran ya, mau makan tinggal ambil. Nggak usah khawatir. Aneh banget deh aku nikah malah nambah-nambahin beban pikiran?" tanyanya.
Ketiganya tertawa. Apa yang mengubah mereka menjadi seperti ini sebenarnya?
"Kok bisa ya, dulu aku hidup sendirian," kata Ayyara, memulai kembali pembicaraan.
Ia menatap kedua temannya dan berkata, "Aku tidur sendirian di rumah aja nggak masalah, sekarang kalau Juna pergi ke luar kota, nggak bisa tidur sama sekali, beneran butuh tidur bareng Juna. Even cuman tidur sebelahan aja, nggak dipeluk, yang penting ada Juna di samping aku. Ya Allah, dah gila apa ya."
"Beneran udah gila sih," kata Kaureen. Menertawakan nasibnya sendiri yang kemana-mana harus selalu Bersama dengan suaminya—Kun, padahal sejauh apapun ia pergi, biasanya ia selalu sendirian.
"Punya pasangan bahaya juga ya ternyata."
"Bener. Jadi ketergantungan."
"Kayaknya lebih membahayakan dari narkoba."
"Dan lebih mematikan dari kanker."
"Aaaak, jangan bahas kanker. Kalau salah satu dari aku atau Juna kena kanker, nggak sanggup. Aku nggak mau ditinggalin Juna duluan," rengek Ayyara. Membuat Kaureen dan Maisy menatapnya dengan ngeri.
"Pulang aja sana! Lo kayaknya butuh DIPELUK JUNANYA LO!" sindir Kaureen, membuat Maisy tertawa, namun yang disindir—Ayyara, malah terkekeh dan mengiyakannya. Wah. Mereka memang sekumpulan orang gila!
TBC
Halo semuanya! WKWKWKWKWK
Iya, aku kembali dengan genre favorit kita semua yaitu Married Life!
Kayaknya nih aku setahun sekali bisa nulisnya ya, dari September, aku baru update lagi di April. wayaww. jauh jugaaa huhuhu
Kemarin-kemarin tuh aku bingung, aku mau nulis apa ya, pengen nulis tapi kek sedang tidak ada bumbu-bumbu asmara dalam hidupku, tapi setelah mencoba, akhirnya udah dapet ini 6rb kata alhamdulillah. Jadi mari kita coba. Toh aku juga kangen menulis dengan jiwaku ini :")
Aku update 1 hari 1 part ya moga bisa bismillah wkwkwk
Aku teh pindah kerja, kantor yang sekarang luar biasa membuatku berubah menjadi wanita gila kerja soalnya ga beres-beres nih kerjaan banyak bgt hikss.
Tapi karena kangen nulis, semoga bisa terus ya aku juga butuh nulis.
Judulnya? TENTU SAJA DARI LAGU YAH KAWAND WKWKWKWKWK
Segitu aja.
Dah...
Aku sayang kalian :*
Adamora belum aku lanjut KARENA AKU SEBEL SAMA SOSOK ADAM WKWKWKWK Maaf ya gini nih kalau cerita dari orang beneran :(
KAMU SEDANG MEMBACA
From Home
ChickLitDi sini ada tiga pasangan yang ... yah perpaduannya mungkin tak seperti pasangan-pasangan lainnya. Maisy dengan suaminya-Dion-yang brondong dan terlihat menggemaskan di matanya. Kaureen dengan suaminya-Kun-yang posesifnya membuat semua orang berpi...