Part 24

1.1K 203 4
                                    

Kaureen terduduk di ujung ranjang seraya menatap koper yang selama ini mengganggu pikirannya. Ia menghela napasnya dengan berat berkali-kali. Bayangan tentang betapa antusiasnya Kun dan betapa kecewanya pria itu kembali menghampirinya, membuat Kaureen terdiam dalam waktu yang lama.

Ia melangkahkan kaki, memberanikan diri untuk membuka koper yang belum selesai Kun bongkar. Tidak banyak barang yang tersisa di sana, hanya ada beberapa potong baju milik Kun dan miliknya. Ia berjongkok dan kembali menatapnya dalam waktu yang lama.

"Amit-amit nih baju kalau ada di koper gini," katanya.

Ia memutuskan untuk mengeluarkan semuanya dan mengembalikannya ke dalam lemari, namun belum selesai membereskan, Kun sudah masuk ke dalam kamar.

"Sayang, ada email mas—"

Ucapan Kun terpotong, ia menatap Kaureen dan kopernya bergantian, membuat Kaureen mematung seketika. Ia menelan ludah, menantikan kata-kata yang keluar dari mulut Kun saat melihatnya membongkar koper miliknya, namun sudah menunggu lama ... Kun tidak berkata apa-apa, pria itu malah diam di tempatnya, sama seperti Kaureen.

"Ekhm!" Kaureen berdehem untuk memecah keheningan. Ia menatap Kun dan tersenyum, "Aku beresin nggak apa-apa ya?" tanyanya.

Menghela napas, Kun akhirnya tersenyum dan menganggukkan kepala, "Nggak apa-apa, makasih ya sayang."

Alih-alih pergi, Kun malah duduk dan membantu Kaureen membereskannya. Membuat Kaureen bertanya-tanya, kenapa begini? Maksudnya ...kenapa tidak seperti yang ia bayangkan? Tidak ... maksudnya, Kaureen kan merasa terganggu dengan keberadaan koper ini, ia tidak tega kalau harus membereskannya karena itu berarti sudah tidak ada lagi kesempatan mereka untuk pergi dalam waktu beberapa bulan ke depan, dia juga tahu Kun jelas kecewa karena mereka gagal berangkat, tapi kenapa suaminya ini biasa-biasa saja? Dan dia malah membantu Kaureen membereskannya?

"Maaf ya, kopernya belum aku beresin. Aku bener-bener nggak sempet," jawab Kun.

Kaureen mengerjap, jadi karena tidak sempat? Bukan karena Kun masih berharap mereka pergi? Ah, kalau begitu sih Kaureen saja yang overthinking.

"Kalau nggak sempet tuh bilang aku kek, jadi aku yang beresin. Ini soalnya kopernya ketendang-tendang juga sama aku," kata Kaureen.

"Ya udah, aku balikin lagi kopernya ke tempat semula ya," jawabnya dengan lembut.

Sebenarnya Kaureen senang sih mendengar dan melihat langsung reaksi suaminya, tapi tetap saja dia heran. Sumpah! Kenapa?

"Kamu juga kan sibuk yang."

"Iya juga, apa aku berhenti kerja aja yah biar nggak sibuk?"

Kun mengangkat kepalanya dan menatap Kaureen dalam, "Bisa memang?" tanyanya.

Pertanyaan suaminya membuat Kaureen mengerjapkan mata, tak menyangka kalau Kun malah bertanya tentang hal itu. Apakah dia berharap Kaureen berhenti ya?

"Kamu mau aku berhenti kerja?" tanya Kaureen.

Kun hendak menjawabnya namun ponselnya berbunyi, membuatnya mengalihkan fokus pada panggilan masuk. Pria itu mengisyaratkan Kaureen untuk menunggunya berbicara, namun pembicaraan Kun malah berlangsung lama, Kaureen malah lebih dulu selesai dengan pakaian Kun dibanding Kun dengan obrolannya di telpon. Ya sudah, yang penting masalah koper ini selesai.

"Guenya aja kali ya sensitif banget, padahal nggak apa-apa." Gumamnya.


*****

From HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang