Part 22 - Hukuman?

1.3K 211 10
                                    

Hari ke-1


"Kok nggak ke Rumah Sakit?" tanya Dion yang melihat Maisy sudah siap-siap untuk pergi bekerja.

"Ngapain?" tanya istrinya. Dion malah bingung dibuatnya, "Kan Ayya dirawat."

"Kan ada suaminya."

Menggaruk kepalanya yang tak gatal, Dion menatap Maisy penuh kebingungan, "Tapi memangnya nggak khawatir sama Ayya? Waktu dia sedih aja kalian sampe nemenin dan nginep. Masa dia di Rumah Sakit dibiarin?"

"Nggak dibiarin, kan ada suaminya."

"Kalian percaya sama Juna?" tanya Dion.

Maisy tertawa, "Kita percaya sama Ayya," jawabnya begitu saja. Wanita itu meraih wajah Dion dan mendekatkannya kepada dirinya, "Yang penting Ayya udah baik-baik aja, dia ada yang jagain, dokter bilang nggak masalah, obatnya juga udah diresepin. Sisanya? Ya udah, Ayya udah bisa kasih kabar juga ke kita. Ini aja kita lagi chat an di grup."

"Bahas apa?" tanya Dion penasaran.

Maisy melepaskan wajah Dion dan menjauh. Wanita itu menggelengkan kepala, "Rahasia. Nanti takut bocor lagi, bahaya!" katanya dengan penuh penekanan.


****


Juna masuk ke dalam ruangan setelah mengurus semua administrasi untuk kepulangan Ayya. Ia hendak membereskan bawaan Ayya, namun bawaannya justru sudah siap.

"Loh? Udah diberesin?" tanyanya.

Ayya tidak mau repot-repot menjawabnya. Wanita itu berjalan mendahuluinya tanpa berkata apa-apa sedang Juna buru-buru menyusulnya.

"Mau cari makan dulu?" tanyanya.

Ayya menggeleng.

"Oh iya, tadi kan udah sarapan ya," ucap Juna lagi.

Ayya diam. Ia terus berjalan, bahkan wanita itu membawa tasnya sendiri. Juna meraih tasnya agar ia bisa membawanya, namun Ayya malah memindahkan bawaannya ke tangan kirinya. Baik. Juna akan diam kalau begitu.

Sebenarnya, sejak Ayya mengatakan bahwa dia menerima permintaan maafnya, sikap Ayya padanya belum kembali seperti semula. Jelas, Ayya sendiri yang bilang kalau dia hanya menerima permintaan maaf, belum memaafkan. Tapi Juna pikir, Ayya akan kembali seperti semula, minimal dia membiarkan Juna mengurusnya. Masalahnya, sejak semalam ...Ayya benar-benar mengurus dirinya sendiri. Ia bahkan tak banyak berbicara pada Juna. Masalah tidur? Jangan ditanya, tidak mungkin juga Juna tidur di ranjang Rumah Sakit bukan? tentu saja, Ayya di ranjang dan Juna di sofa.

Mereka sampai di parkiran. Juna menyentuh pundaknya pelan, membuat Ayya menoleh ke arahnya.

"Aku ambil mobil dulu, biar kamu naik di sini. Kita—"

Ucapannya terpotong karena Ayya berjalan kembali, langkahnya lurus menuju tempat parkir Rumah Sakit. Oke. Anggap saja Ayya ingin berjalan-jalan pagi.

Setelah sampai di tempat parkir, Ayya tak repot-repot menunggu Juna membukakan pintu untuknya. Wanita itu benar-benar langsung masuk ke dalam mobil. Juna menghela napas. Ia mengurungkan niatnya dan kembali ke posisinya. Pria itu berhasil duduk dan mulai mengemudikan mobilnya dalam keheningan. Di tengah perjalanan, suara Ayya memecah sunyi di antara mereka.

From HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang