"Pak!"
Juna menurunkan kaca mobilnya dan menyapa satpam komplek yang membukakan portal. Ia membelokkan mobilnya dan saat melewati rumah Kun, Juna membunyikan klaksonnya seperti biasa. Bedanya, Kun ada di sana sekarang. Pria itu sedang duduk di kursi yang berada di teras rumahnya seraya merokok, dia bahkan tak mengindahkan klakson Juna, saking fokusnya kah?
"Tuh orang cari angin sambil ngelamun kali ya," gumam Juna.
Setelah belokan pertama, Juna sampai di rumahnya. Ia turun dari mobil untuk membuka pagar dan memarkirkan mobilnya di garasi. Pria itu melirik jam yang melingkar di tangannya, jam tujuh malam. Cukup terlambat sebenarnya, tapi karena pekerjaannya akhir-akhir ini cukup banyak, jam tujuh malam justru masih terhitung siang untuknya.
"Ayya ..."
Juna masuk ke dalam rumah, dan orang pertama yang ia cari adalah istrinya. Pria itu tak mendengar Ayya menyahuti panggilannya sehingga ia masuk ke dalam kamar dan mendapati Ayya sedang menatap laptopnya.
"Ini Juna udah dateng!" katanya.
Juna mengerutkan keningnya, meminta penjelasan sementara Ayya memintanya untuk mendekat, "Ini Mami!"
"Oalah, Mami ..." kata Juna.
Pria itu duduk di samping Ayya dan menatap laptop yang menunjukkan wajah Ibunya dengan jelas.
"Mami apa kabar?" tanya Juna.
"Nggak usah nanya-nanya kabar Mami kalau cuman basa-basi," protes Ibunya.
Juna tertawa mendengarnya, sementara Ayya malah menganggukkan kepala, "Memang gitu Mi, dia mah."
"Nggak ada ya! Aku nggak pernah basa-basi doang, nawarin makanan aja sambil kirim makanannya ke apotek," bela Juna.
Di seberang sana Ibunya Juna tertawa, "Aduh, sehat-sehat ya kalian. Nanti Ayya tujuh bulanan, Mami pulang."
Diingatkan tentang kehamilan Ayya, Juna mengangkat laptopnya agar ia bisa menunjukkan perut Ayya pada Ibunya, "Lihat Mi!" pamernya seraya mengusap perut Ayya dengan sayang, "Perutnya udah gedeee."
"Wah, iya udah kelihatan banget. Aduh, Ayya geraknya pasti mulai susah ya?"
Ayya menganggukkan kepala seraya mengerucutkan bibirnya.
"Sabar ya nak, semoga Juna juga bisa ikutan sabar. Maksudnya nggak aneh-aneh, cari gara-gara waktu istri hamil."
"Waduh. Gara-gara kayak gimana Mi? Juna mana berani," kata Juna.
"Membuat istri kesal juga cari gara-gara Juna. Kamu baik-baik sama Ayya. Jagain dia lebih extra lagi."
Juna mengangguk dengan penuh keyakinan, mereka lanjut berbicara sampai Ibunya Juna berpamitan dan mematikan sambungan mereka. Begitu wajah mertuanya menghilang, Ayya mendelik tajam ke arah Juna.
"Apa tadi? Juna mana berani?" kata Ayya. Lebih seperti sindiran, membuat Juna mengingat ulahnya kemarin-kemarin.
Juna terkekeh, ia memeluk pinggang Ayya dan mencium pipinya, "Beneran kan? Mana berani aku."
"Baaaacot," timpal Ayya.
Alih-alih marah, Juna justru tertawa. Ia mencium pipi Ayya lagi, "Kamu nggak bilang Mami ya soal masalah kita kemarin-kemarin?" tanya Juna.

KAMU SEDANG MEMBACA
From Home
Chick-LitDi sini ada tiga pasangan yang ... yah perpaduannya mungkin tak seperti pasangan-pasangan lainnya. Maisy dengan suaminya-Dion-yang brondong dan terlihat menggemaskan di matanya. Kaureen dengan suaminya-Kun-yang posesifnya membuat semua orang berpi...