Ada banyak hal yang membuat beberapa orang menjadi terhubung selain karena takdir yang mengikat mereka. Ayya, Kaureen dan Maisy, ketiganya saling mengenal sejak mereka kecil karena mereka bertetangga. Ada banyak kesamaan yang membuat ketiganya cocok satu sama lain. Mereka anak pertama; tumpuan keluarga; tidak punya ayah—Ayya sebenarnya punya ayah, hanya wujudnya saja, perannya tidak ada—lalu mereka sama-sama merasa muak dengan lingkungan yang mereka tinggali.
Bagaimana tidak muak, semua Langkah mereka saja dikomentari oleh tetangga, belum lagi perlakuan orang-orang yang terkadang seenaknya kepada keluarga mereka, kalau soal tusuk-menusuk dari belakang ... itu sih sudah biasa terjadi, apa lagi senggol-senggolan antar tetangga yang seringkali mengganggu mereka. Belum lagi, rumah yang menjadi tempat ternyaman pun kadang terasa seperti neraka. Itulah kenapa mereka ingin pergi dari komplek bau itu dengan segera. Ia, mereka menyebutnya bau, saking jeleknya lingkungan itu.
Berhasil sebenarnya—setidaknya bagi Maisy karena dia menikah dan hidup bahagia di Tangerang bersama dengan keluarga kecilnya. Sayangnya, ia harus menghadapi kenyataan bahwa hidupnya yang semula dirasa 'aman' karena sudah mempunyai keluarga kecil yang bahagia, yang mana ia hanya perlu menjaga dan mensyukurinya setiap hari, direnggut begitu saja oleh waktu. Suaminya pergi lebih dulu, meninggalkannya bersama Freya sendirian.
Pada akhirnya, Maisy kembali ke awal, dan ia yang sempat terpisah dengan Kaureen juga Ayya, kembali membuat persekutuan; pemberontakan atas lingkungan gila yang membuat mereka benar-benar muak dibuatnya.
Ayya, masa mama cerita kamu hamilnya sehat-sehat dan nggak mual-mual terus Bu Darmaji bilang kok aneh bgt katanya, gimana kalau hamilnya boongan.
Ayya menatap pesan dari Ibunya dengan amarah yang menggunduk dalam dadanya, "APA-APAAN HAMIL BOHONGAN!" teriaknya.
Indri—salah satu pegawainya menatapnya dengan heran, "Bu Ayya kenapa?" tanyanya.
Ayya mendumel habis-habisan, "Tetangga gila berulah lagi Indri," jawabnya.
"Aduh, sekarang apa lagi Bu?" tanyanya. Seolah memang sudah terlalu sering bagi tetangga Ayya mengusik hidupnya.
"Tahu, masa katanya hamil aku boongan. Dah gila emang tuh orang."
"Waduh, coba kalau bilangnya depan Bapak ya Bu. Udah dipelototin tuh pasti," sahutnya.
Ayya menyimpan dus obat yang barusan sedang dibereskan olehnya begitu saja, "Emang kalau sama tetangga tuh nggak bisa kita cerita banyak-banyak. Tapi kadang nggak cerita pun, ya sama aja sih, diomongin juga. Emang dasar gelo, udah pergi dari sana aja masih kena, apalagi kalau masih di sana. Hih. Kesel," gerutunya.
"Untung ya Bu, Ibu udah pindah," jawab Indri sekenanya.
Ayya mengangguk. Ia tak mau perasaan kesal ini mengganggu harinya, padahal tadi pagi dunia terasa indah sekali. Memang benar, indahnya dunia hanya bisa dirasakan kalau ia sedang bersama Juna, berada di pelukan Juna, kalau di luar pelukan Juna ... ya begini, repot dan ruwet sekali.
Wanita itu kembali meraih dus obat yang sebelumnya ia simpan, "Indri, coba nanti telpon si Pak Slamet ya, minta dikirim Simvastatin yang KF, soalnya ini Erita semua," ucapnya.
"Sekalian sama Amlodipine nggak Bu?" tanya Indri.
"Boleh, kayaknya mau abis ya? Eh, mana sih stock opname nya?" tanya Ayya.

KAMU SEDANG MEMBACA
From Home
ChickLitDi sini ada tiga pasangan yang ... yah perpaduannya mungkin tak seperti pasangan-pasangan lainnya. Maisy dengan suaminya-Dion-yang brondong dan terlihat menggemaskan di matanya. Kaureen dengan suaminya-Kun-yang posesifnya membuat semua orang berpi...