Dion menatap barisan piagam penghargaan milik Freya yang dipajang di apartemen mereka, ada lebih dari sepuluh piagam berjejer dengan rapi di lemari yang sengaja Maisy beli. Semuanya berisi tentang prestasi Freya di bidang dance. Kalau begini caranya, Freya pasti bisa masuk ke SMP lewat jalur prestasi.
"Kenapa dilihatin terus sih?" tanya Maisy yang sejak tadi bolak-balik menyiapkan bekal Freya dan sarapan Dion sementara Dion bukannya membantu, dia malah mematung di depan lemari.
Dion melepaskan pandangannya dari rak yang sejak tadi ia perhatikan. Pria itu berjalan menuju meja makan, menggeser kursinya dan duduk di samping Maisy, "Lagi kepikiran betapa kerennya anak aku," katanya.
Freya yang berada di sana mendengus.
"Kamu mau Om daftarin club dance nggak?" tanyanya.
Maisy mengerutkan keningnya, "Tiba-tiba banget?"
"Ya, soalnya kamu bilang pelatih dance nya Freya mau berhenti ngajar. Kayaknya mending kita masukin Freya ke kelas professional aja yang," jawabnya.
Maisy menatapnya haru, sementara Freya hanya diam tidak menjawab apa-apa, tapi sorot matanya berbinar.
"Makasih loh," kata Maisy.
Dion menaikkan alisnya, menggoda Maisy dengan senyumannya yang lebar, "Tunggu ya! Pokoknya Mas Dion bakal urus semuanya. Kamu cukup nunggu aja, soal pendaftaran dan informasi lain-lain, tahu beres aja pokoknya."
Maisy tertawa, "Oke Mas Dion," jawabnya dengan manja. Sedang Freya, anak itu menggelengkan kepala. Agak geli sebenarnya melihat Ibu dan Omnya.
*****
Sebenarnya, hubungan Kaureen dan Kun baik-baik saja, tidak ada masalah apapun di antara mereka, hanya saja ... koper yang sempat Kun bongkar masih ada di tempat semula, pria itu belum selesai membongkarnya karena terjeda oleh perdebatan mereka sebelumnya. Tetapi selama dua minggu terakhir, koper yang terbengkalai itu benar-benar mengganggu pikiran Kaureen. Berkali-kali ia hendak menyingkirkan koper itu namun Kaureen tidak berani kalau bukan Kun yang memindahkannya, hanya saja ... Kun juga tidak melakukan apa-apa terhadap kopernya. Dia tidak membereskannya, melanjutkan membongkarnya, atau bahkan menyimpannya, dan selama dua minggu terakhir pula Kaureen terus menerus kepikiran apakah Kun masih berharap untuk pergi, itulah mengapa dia tidak berbuat apa-apa untuk kopernya? Tetapi Kaureen juga tidak berani menanyakannya pada Kun. Bukan apa-apa, dia hanya takut apa yang dia pikirkan benar-benar terjadi, karena Kaureen belum siap kalau dia harus berdebat kembali dengan Kun.
"Kaureen sayang, kamu udah beres siap-siapnya?"
Suara Kun membuat Kaureen terperanjat. Ia melirik Kun yang muncul di balik pintu dan tersenyum, "Tinggal pake lipstick!" katanya.
"Nggak usah pake lipstick juga udah cantik."
"Iya, di mata kamu. Di mata orang lain ya pucet-pucet aja kali," jawab Kaureen.
Kun tertawa, "Ya udah, pake dulu lipsticknya. Sarapan kita udah siap soalnya."
Kaureen menganggukkan kepala, sementara Kun ... bukannya kembali ke ruang tamu, ia malah tetap berdiri di tempatnya.
"Apa?" tanya Kaureen.
"Nggak apa-apa sih," jawab Kun. Ia menghela napas, "Hari ini jadwal service."

KAMU SEDANG MEMBACA
From Home
ChickLitDi sini ada tiga pasangan yang ... yah perpaduannya mungkin tak seperti pasangan-pasangan lainnya. Maisy dengan suaminya-Dion-yang brondong dan terlihat menggemaskan di matanya. Kaureen dengan suaminya-Kun-yang posesifnya membuat semua orang berpi...