Part 32

991 191 13
                                    

Sepertinya, prinsip "Apabila ada karyawan yang bisa menyelesaikannya, kenapa Bos harus turun tangan?" berlaku pada Bosnya yang saat ini sedang asyik berada di New Zealand sementara Kaureen dan beberapa orang hampir mati di kantornya. Kaureen sudah merelakan liburannya demi menyelesaikan project di kantornya, namun bukannya selesai, project nya malah bermasalah dan Kaureen sudah menghabiskan waktunya untuk memperbaiki semua yang salah, mencegah semua yang berpotensi merugikan, dan memutar otak untuk menanggulangi semua resiko yang ada. Tetapi sudah merelakan banyak waktu seperti ini, Kaureen tak juga mendapatkan kabar baik.

Ia benar-benar sudah lelah dan Kaureen memutuskan untuk menghubungi Bosnya, tapi lihat sekarang, apa yang Bosnya katakan.

"Kalau kamu bisa beresin ini, saya kabulin permintaan kamu, mau minta bonus gede juga saya kasih."

Jiwa pemberontak dalam dirinya muncul namun jiwa pejuang yang tersembunyi di dalam sana juga muncul, membuat Kaureen tersenyum dan menatap Bosnya lalu berkata, "Kalau saya bisa beresin ini semua. Saya mau minta libur empat bulan," celetuknya dengan asal. Sebenarnya satu bulan juga cukup, tetapi pasti ada proses tawar menawar bukan? lebih baik empat bulan ditawar satu bulan, dari pada satu bulan ditawar beberapa minggu.

"Wah. Lebih lama dari cuti hamil!" kata Bosnya.

Kaureen tersenyum, "Soalnya demi project ini saya sampe nggak jadi liburan sama suami tahu Pak. Emangnya bapak mau tanggung jawab kalau saya berantem sama suami? Enggak kan? Lagian project ini juga nilainya gede banget, dan upcoming project juga lumayan, bisa jalan tanpa saya yang garap," kata Kaureen.

Bosnya masih diam, menimang-nimang keputusannya.

"Kalau dijumlahin, jumlah libur saya selama kerja, belum lagi waktu-waktu yang tersisa di weekend atau di luar jam kerja, harusnya setahun sih pak."

"WOY!" kata Bosnya.

Kaureen tertawa, "Makanya minta empat bulan, itung-itung break dulu, soalnya rada burnout juga nih Pak. Lagian saya juga nggak serta merta ninggalin kerjaan selama empat bulan, tentu saya setting dulu semuanya jadi bisa santai cutinya. Kalau perlu pengganti sementara juga bisa saya cariin kok."

"Wah, nggak bisa kalau gitu. Nanti kamu keenakan karena ada pengganti. Setidaknya kamu harus merasa bersalah karena ninggalin posisi kamu."

"Waduh. Ya udah deh, jadi gimana nih Pak? ACC?"

"Hmm ... Yah, oke kalau gitu. Beresin ini, dan kamu dapet jatah libur empat bulan. Tapi berarti nggak dapet bonus ya?"

Kaureen mengangguk, "Bahkan nggak digaji pun saya bersedia! Yang penting liburannya lama!"

"Ya elah, mau kemana sih?" tanya Bosnya.

Kaureen terkekeh, "Mau keliling Asia sama Masku dong Pak."

"Huu dasar bucin! Ya udah kalau gitu beresin dulu aja deh semuanya."

"SIAP! LAKSANAKAN!" kata Kaureen.

Bosnya di sebrang sana tertawa, "Tapi tetep digaji ya! Kalau nggak digaji nanti nggak balik-balik lagi."

*****


Kaureen menatap kosong rumah besarnya yang kini benar-benar kosong. Kun sudah pergi satu jam yang lalu tetapi perasaan hancur dalam dirinya tak kunjung mereda. Wanita itu menghapus air matanya dengan kasar. Ia ingat tentang pekerjaan yang harus ia selesaikan demi liburannya selama empat bulan, namun saat menatap laptop ... pandangannya malah kabur, semua tulisan di layar tak bisa ia lihat sama sekali karena air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Kaureen kembali menghapus air matanya namun ingatan tentang Kun yang mengemasi barangnya membuat Kaureen takut seketika.

From HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang