Part 39 - Kesimpulan

2.4K 169 35
                                    

Kaureen menatap Kun—suaminya dengan kening yang mengkerut karena kebingungan. Bukan apa-apa, tetapi sejak pulang, mengajaknya makan di luar, dan kembali lagi ke hotel, Kun terus menerus tersenyum seperti orang bodoh. Atau mungkin seperti orang gila?

"Kamu kenapa sih?" tanya Kaureen pada akhirnya.

"Hm? Apanya yang kenapa sayang?" tanya Kun dengan lembut. Kaureen justru malah ngeri dibuatnya.

"Aneeeeeh," sahutnya.

"Anehnya kenapa?"

"Ya aneh aja. Tahu nggak sih kalau sesuatu jadi aneh? Beda dari biasanya?"

"Ya harus beda dong," kekeh Kun.

"Ya, kenapa?" tanyanya dengan ngeri.

"Kamu kebentur batu karang apa gimana?" tanyanya.

Kun menggeleng dengan penuh keyakinan. Pria itu tersenyum, amat sangat manis kepadanya. Pria itu menghampirinya dan duduk di sampingnya lalu menggenggam tangannya tiba-tiba. HEY. Sepertinya terjadi sesuatu dengan suaminya pada saat dia bekerja.

"Nah ini beneran aneh," kata Kaureen, menunjuk tangannya yang digenggam Kun dengan tatapannya. Kun mengikuti arah pandangnya namun dia malah kembali tersenyum.

"Kamu tahu nggak, pas kerja tadi tuh aku agak cemas."

"Karena?"

"Takut aja kalau ternyata pas aku pulang, situasi kita kembali kayak kemarin."

Oh, Tuhan. Jadi ini yang membuat Kun senyum-senyum tak jelas sejak tadi? Padahal Kaureen merasa aneh, dia bahkan merasa ngeri pada suaminya sendiri, tetapi begitu mendengar ucapan Kun barusan, pipinya memerah seketika! Astaga! Dia kenapa sih? Kok malah tersipu malu?!

"O—oh, itu," kata Kaureen.

Kun mengangguk, "Aku sampe nggak sabar pengen pulang, Adipati sampe marahin aku. Kan kebalik yang, harusnya aku yang marahin dia. Masa Bos sampe turun tangan blusukan gini kerjanya."

Kaureen tertawa, "Jujur, sama sih."

"Loh?"

"Aku sampe nyesel, kenapa nggak bawa bikini ke sini? Kalau bawa kan, pas kamu pulang aku bisa pake bikini aja."

Kun tertawa dengan keras, "Biar apa aku tanya?"

"Biar misalnya kalau kamu mau marah lagi tapi pas buka pintu lihat aku pake bikini, nggak jadi," jawabnya dengan polos.

Kun tergelak, "Ya ampun yang! Nggak usah kayak gitu, aku lihat muka kamu aja udah seneng, maksudnya, dalam balutan baju kek, mukena kek, karung kek, tetep aja aku seneng. Jadi kenapa juga ada pikiran mau pake bikini biar bikin aku lupa kalau mau marah."

Kaureen, "Soalnya kamu juga suka yang begini-begini."

Kun melotot dengan gemas ke arahnya. Matanya membesar namun ekspresinya terlihat sangat menyenangkan, membuat Kaureen tertawa, "Ya, oke. Memang suka, tapi dibalik semua itu, dasarnya kan kamu. Ibarat rumah, pondasinya kan batu yang,"

"Bukannya jaman sekarang pake hebel ya?"

"Eh atau pake batu bata ya?" tanya Kun.

Kaureen tertawa, "Jujur nggak tahu, bukan bidang aku," kekehnya.

"Ya sama!" timpal Kun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

From HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang