Part 34

923 204 12
                                    

"Woy! Lo gue telponin kenapa susah?"

Kun yang baru saja turun dari kapal yang baru saja bersandar mengerutkan keningnya, "HP gue aktif kok," katanya. Pria itu menyerahkan kamera kepada salah satu staff nya lalu merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya.

"Lah, mati. Abis batre kayaknya," ucap Kun begitu melihat ponselnya yang padam.

"Bisa-bisanya lo nggak prepare," kata Adipati.

"Aman lah nanti aja gue charge. Kerja aja dulu kita," ucapnya.

Adipati menganggukkan kepala, ia meminta semua tim berkumpul untuk briefing tentang apa yang akan mereka lakukan hari ini.

Kun menatap timnya dan tersenyum, "Konsepnya sesuai yang kita obrolin kemarin ya. Karena kita garap untuk dua project, meskipun tempatnya sama tapi footage nya beda. Yang satu iklan layanan masyarakat, kita fokus ke bagian pulau dan pantai, sementara buat yang satu lagi, kita fokus ke orang-orang yang ada di sini. Inget, jangan keluar dari konsep. Kalau ada yang mau improve pun nunggu semua ke-capture dulu, oke nggak?"

Semua orang menganggukkan kepala dan bersorak semangat untuk memulai pekerjaan. Mereka akan sibuk seharian ini dan semuanya sudah mempersiapkan diri. Baiklah, untuk saat ini. Mari tuntaskan dulu pekerjaannya.


****


"Jadi, udah berapa hari lo nggak komunikasi sama istri lo?" tanya Adipati.

Kun menatap lautan luas di hadapannya seraya menghela napas, "Sehari aja sih. Kemarin aja. Ya, sama hari ini karena HP gue mati."

"Sengaja lo matiin jangan-jangan. Pengen dicari ya lo?" goda Adipati.

Kun tersenyum miring, sudah cukup kekonyolannya yang seolah-olah Tengah merajuk pada istrinya namun tak membuahkan hasil apa-apa, dan sekarang ia sengaja menghilang untuk dicari? Yang benar saja. Memangnya Kun anak kecil?!

"Serah lo deh, gue males juga jelasinnya."

Adipati mengedikkan kedua bahunya, ia berjalan menjauhi Kun, mencari angin yang lebih besar dari tempatnya berada, sementara Kun merogoh saku celananya untuk meraih ponselnya. Ia mencoba menyalakannya, meskipun tahu tidak akan menyala karena baterainya habis total, tetapi tetap saja ia mencoba. Sial. Kun kenapa sih? Kesannya seperti orang tak punya harapan saja.

Pria itu menghela napas, ia menatap ponselnya dengan sorot mata yang kosong. Apakah Kaureen mengiriminya pesan? Kalau iya, pesan semacam apa?

Di satu sisi, Kun ingin cepat sampai hotel untuk mengecek ponselnya, namun di sisi lain Kun juga takut kecewa kalau-kalau Kaureen malah tak menghubunginya. Hadeuh.

Pria itu menggelengkan kepalanya, ia memasukkan ponselnya ke saku belakang celananya. Kun berbalik untuk kembali ke dalam kapal namun seorang bapak-bapak di hadapannya hampir tergelincir dan Kun meraih tangannya, "Eh Pak! Hati-hati!" katanya.

"Astagfirullah. Untung aja kepegang," sahut bapak-bapak barusan.

Kun tersenyum, "Iya untung aja reflek saya bagus ya Pak," candanya.

"Terima kasih ya Mas, saya beneran kaget."

"Iya pak, sama-sama. Bapak hati-hati jalannya. Mau kemana pak? Mau saya anterin ke dalem?"

From HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang