Part 4 - Perubahan Besar

1.7K 284 21
                                    

"Fakyuuu!"

Ekspresi wajah Maisy berubah seketika saat mendengar cerita Ayya soal Bu Darmaji—mantan tetangganya dahulu.

"Si Ibu ini nggak pernah tobat ya?" tanyanya.

"Tahu," kata Ayya.

"Makanya, gue males pulang ke rumah tuh gitu. Nanti Bu Darmaji bilang 'Kok neng Karin masih belum hamil sih? Anak saya mah udah hamil padahal nikah baru seminggu,' Enak aja Karin-karin, nama gue Kaureen kali," gerutunya.

"Si Bu Darmaji mah musuh bersama. Sebel banget padahal aib keluarganya aja udah jadi santapan sehari-hari masyarakat."

"Tapi karena si Ibunya kaya banget banget banget, jadi temennya banyak sih, emang kita. 4L. Lo Lagi Lo Lagi," sahut Ayya.

Maisy menatapnya dan tertawa, "Emang kamu nggak kenyang Ya, punya temen yang cuman manfaatin doang?"

Omong-omong, dari ketiga orang ini, Ayya adalah orang yang paling sering kena tipu teman-temannya, makanya kadang Kaureen dan Maisy kesal karenanya. Dulu, selalu Kaureen dan Maisy yang memperingatkan Ayya untuk berhati-hati, kalau sekarang sih aman, ada Juna yang akan selalu dituruti oleh Ayya tanpa bantahan apapun.

"Ya, emang mending dikit tapi berarti sih," kata Ayya pada akhirnya.

"Tahu ah, nggak usah bahas Bu Darmaji lah sebel gue," tutup Kaureen.

Setelah pertemuan singkatnya bersama Inda Putra tadi, Kaureen melanjutkan perjalanannya ke sebuah café yang kebetulan lokasinya dekat dengan Apotek Ayya dan kantor Maisy sehingga mereka memutuskan untuk makan siang bersama. Siapa sangka, topik pertama mereka ternyata Bu Darmaji yang menyebalkan.

"BTW yang kita obrolin kemarin..."

Maisy membuka pembicaraan dengan topik terbaru, membuat Kaureen dan Ayya mulai menyimaknya baik-baik.

"Perasaan baru kemarin-kemarin aku males bangun karena nggak tahu, apa yang bakal aku hadapi sepanjang hari, tapi tadi pagi, beneran baru sadar banget, setiap pagi kayaknya asik-asik aja," katanya.

"Setuju!" sahut keduanya.

"Biasanya pas bangun tuh bengong lama lihatin langit-langit kamar, mau mandi aja rasanya berat banget karena tahu bakal hectic di kantor dan butuh persiapan ekstra banget buat menghadapi semuanya. Bukan masalah kerjaan aja, tapi masalah kehidupan juga. Kayak ... nggak tahu apa yang akan muncul di jalan hidupku ini."

"Hahahahaha bener sih, energi habis sama overthinking pagi-pagi, jadinya tampil seadanya bodo amat gue males dandan dan berbenah toh di kantor juga ribet."

Mereka mengangguk dengan kompak.

"Pagi aku beda banget sih jujur, bangun, ada Dion, bercanda sebentar, terus sarapan sambil godain Freya."

"Bagian godain ini emang asik sih, Gue juga tiap bangun tidur jadi semangat buat godain Kun."

"Hehehe kalau aku senengnya ya gitu, setiap bangun tuh Juna selalu tanya 'malem mau cerita apa', ya pillow talk nya kita tuh pagi-pagi. Jadi nggak ada lagi bengong lihat langit-langit soalnya ada temen bicara sekarang."

"Ya Allah, harus gimana ya bersyukurnya?" tanya Maisy.

Kaureen tersenyum, "Kun juga tadi pagi bahas-bahas soal bersyukur sih. Tapi yah, hidup sama dia beneran bikin gue lebih teratur kali ya? Tahu sendiri, kapan sih gue pernah sarapan? Di rumah aja dulu nggak pernah dimasakin, nggak pernah ada makanan."

From HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang