"Lo tahu nggak sih Bang. Ini tuh kayak ... kita udah hati-hati bawa mobil di jalanan, kecepatan aman, jalur juga sesuai, tapi tiba-tiba ada yang sembrono dan akhirnya mencelakakan kita."
Kun menatap Juna seraya melipat tangannya di atas dadanya, "Jadi maksudnya lo nggak salah Jun?" tanya Kun.
Juna menjambak rambutnya dengan kasar, "Ya, tetep salah sih. Cuman, gue beneran berhati-hati, bahkan waktu Husen sama yang lain ledekin gue aja, gue tetep tahan dan nggak minum satu tegukan pun."
"Terus?"
Juna memijat pelipisnya seraya memejamkan mata, "Gue nggak bisa bela diri lagi, memang gue salah."
Kun tersenyum miring, "Padahal lo udah lama ninggalin itu semua, kayaknya baru kemarin lo cerita kalau lo juga sepakat sama Ayya untuk masalah yang satu ini."
Juna menundukkan kepala, "Itu dia," katanya. Pria itu menghela napas, "Gue bersumpah! Gue cuman minum dikit aja!" kata Juna.
Ia menatap Kun dan berkata, "Toleransi alkohol gue tinggi, makanya gue berani minum dengan pikiran, gue nggak akan mabok. Itu juga cuman sedikit buat ngehargain Bos gue yang—"
"BOS LO DIHARGAIN, AYYA NGGAK LO HARGAIN?"
Sebuah suara membuat Juna mengusap wajahnya. Ia menatap Kaureen dengan mengenaskan, "Gue—"
"Menurut gue lo udah nggak bisa beralasan apa-apa, kalau alasannya cuman karena lo berhati-hati tapi mereka enggak, harusnya dari awal ya lo nggak usah ikut sama sekali. Segampang itu sih kalau kata gue, atau mungkin memang lo nya aja yang pengen ikutan tapi pengen dipaksa-paksa biar lo bisa kasih Ayya alesan bahwa semua orang maksa lo hingga akhirnya Ayya yang nggak enakan itu kasih lo izin."
Kun melipat bibirnya. Ia berdiri dan menggenggam tangan Kaureen. Memintanya untuk tenang sejenak, meskipun memang jika berada di posisi Kaureen, Kun juga pasti akan melakukan hal yang sama.
"Sebagai orang terdekat kalian, gue nggak bisa bantu apa-apa, cuman bisa dengerin aja," kata Kun.
"Sambil dimarahin lah yang! Tuman!" kata Kaureen.
Kun tersenyum, "Iya, itu juga. Karena lo memang salah," kata Kun pada Juna. Pria itu melirik jam tangannya, "Gue ada meeting, Kaureen juga ada kerjaan. Lo kalau masih mau di sini, ya gue titip rumah."
Juna bangkit dari duduknya, "Gue mau lanjut cari Ayya," katanya.
"MOGA NGGAK KETEMU!" kata Kaureen.
"Yaaang," kata Kun, memperingatkannya dengan penuh kelembutan. Kaureen mendesis dibuatnya sementara Juna hanya diam.
"Kabarin aja gimana-gimananya Jun," kata Kun.
Juna mengangguk. Ia bahkan tidak berpamitan. Pria itu keluar dari rumahnya dan membawa motor dengan bahunya yang turun, terlihat begitu berat.
Sepeninggalnya Juna, Kun menatap Kaureen dan bertanya, "Kamu tahu Ayya di mana?" tanyanya.
Ekspresi wajah Kaureen yang semula kesal kini sudah berubah. Ia menatap Kun dengan panik, "Nggak yang! Dia nggak ada hubungin aku! Di grup juga sepi, aku udah chat banyak dan nggak ada yang bales. Kak Maisy juga kayaknya masih sibuk ngurusin Dion sama Freya soalnya telpon aku nggak diangkat."
Kun menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Aku kira kamu bisa santai banget marahin Juna karena kamu tahu Ayya di mana."
"Boro-boro! Aku begitu ya biar Juna tahu rasa aja! Lagian kalau aku panik, apa si Juna nggak makin panik? Nggak asik marahinnya. Ekspresi menyesalnya nggak akan dapet," katanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
From Home
Chick-LitDi sini ada tiga pasangan yang ... yah perpaduannya mungkin tak seperti pasangan-pasangan lainnya. Maisy dengan suaminya-Dion-yang brondong dan terlihat menggemaskan di matanya. Kaureen dengan suaminya-Kun-yang posesifnya membuat semua orang berpi...