32. Part of Us

71 5 1
                                    

32. Part of Us

Sepasang jenjang kaki turun dari sebuah mobil sport yang terparkir rapi di parkiran. Orang itu tersenyum saat matanya menangkap penampakan salah satu temannya, kakinya melangkah hendak menghampiri temannya tersebut namun harus terhenti lantaran temannya itu terlebih dahulu dihampiri oleh orang lain.

Matanya menatap tajam orang orang tersebut dengan ekspresinya yang datar, tidak ada lagi senyuman yang terukir. Hingga seseorang menepuk bahunya, menyadarkan dirinya.

"Ada apa? Kok serius gitu muka lo" enggan menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh salah satu temannya yang lain, orang itu memilih pergi dengan ekspresi yang terlihat tengah menahan amarah.

Temannya yang tadi menepuk bahunya, menatap orang itu bingung, namun setelahnya ia mengendikan bahunya acuh tak acuh lalu melangkahkan kakinya menyusul temannya.

...

"Amara!!"

Langkah kaki Amara terhenti saat seseorang memanggil namanya, ia berbalik, didapatinya ketiga sahabat lamanya menghampiri dirinya. Bibirnya terangkat membentuk senyuman.

"Hai"

"Kalian berangkat bareng?" Fira menggeleng, "Kita tentu berangkat sama suami kita, tadi kita nggak sengaja ketemu di parkiran, makanya bareng"

Amara manggut manggut mengerti, "Lo sendiri berangkat sama siapa? Amar?" tanya Dzilla.

"Siapa lagi"

"Terus kemana dia sekarang?" tanyanya lagi dengan kepala yang celingukan.

"Dia langsung ke markas sama temen temennya"

"Ck, adeknya lagi hamil juga malah ditinggal gitu aja, kakak macam apa itu" Amara terkekeh kecil melihat Wulan yang berdecak sebal.

"Ra!" Amara sedikit tersentak begitu Wulan memanggilnya dengan sedikit keras, "Lo juga! Udah tau lagi hamil, kenapa pake sekolah sih, ntar kalo terjadi apa apa sama lo gimana" protes Wulan dengan berbisik.

"Kan ada kalian. Kalian pasti jagain gue kan"

"Ya iya sih, pasti, tapi kan-"

"Lan!"

"Zazah! Lo sahabat gue, jadi lo harus panggil gue Zazah seperti dulu" protes Wulan lagi saat Amara memanggil dirinya dengan nama.

"Iya Zazah..."

"Listen, I'm okay, gue bakal jaga anak gue dengan baik. Lagipula, kalo gue diem aja dirumah, gue pasti bakal bosen dan gue juga nggak bakal bisa tenang, gue takut sewaktu waktu bokap gue pulang dan dia ngelakuin sesuatu sama gue"

"Kalian nggak perlu khawatir, rencananya juga gue bakal homeschooling saat kandungan gue udah menginjak lima bulan, masih ada waktu sebulan sebelum itu"

Fira menghela nafas, "Keras kepala lo masih aja tetep sama"

Amara terkikik mendengarnya, "Kalian juga sama kan. Hey, kita semua itu sama sama keras kepala"

"Ya itu bener" ucap Fira dengan mengangguk setuju, lalu keempatnya serempak terkikik geli.

"Ke markas yuk, mumpung bel masuk masih lama" ajak Wulan, "Gue mau denger semua cerita lo selama kita musuhan" lanjutnya lagi yang tertuju pada Amara.

Wulan merangkul bahu Amara dan menggiringnya pergi yang diikuti oleh Dzilla dan Fira.

Amara merasa risih lantaran semua pasang mata di sepanjang koridor terus saja mengikuti mereka yang kini berjalan beriringan dengan Wulan yang merangkul dirinya.

Secret Girls [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang