31. Alter Ego
"Huahh, akhirnya setelah sekian purnama gue bisa keluar juga" Nurul melebarkan tangannya dan menghirup udara sebanyak banyaknya.
Saat ini mereka berada di taman rumah sakit atas permintaan dari Nurul yang mengatakan bahwa dia bosan berada di kamar terus.
"Lebay banget. Sekian purnama darimana coba" cibir Wulan.
"Heem, kemarin juga lo di ajak Alga buat jalan jalan ke taman bukan" Nurul cengengesan mendengar penuturan Dzilla.
"Gue seneng akhirnya kita bisa sama sama lagi sekarang" ujar Fira tiba tiba pada Amara, keduanya kini sudah duduk di kursi panjang yang tersedia di taman.
"Hari ini nggak akan terjadi kalo lo nggak nyadarin gue tadi siang" Fira tersenyum tipis mendengar jawaban Amara.
"By the way, kalian sama sekali nggak ada yang berubah kan, masih tetep sama kayak tiga tahun lalu"
"Lo tenang aja, sama sekali nggak ada yang berubah kok. Tuh lihat, mereka bertiga masih tetep sama, masih suka berantem..." kata Fira dengan menatap ketiganya yang terlihat sedang cekcok dan berakhir kejar kejaran.
"Nurul masih tetep suka coklat tapi nggak suka sayur, dan masih suka dingin juga sama cowok, terkecuali Alga kayaknya sekarang. Zazah, masih jadi pecinta makan, juga masih aja bucin, tapi semenjak sama Rangga kayaknya dia nggak terlalu bucin seperti sebelumnya, mereka lebih sering ribut. Dan Caca, dia masih sama polosnya, dan masih aja takut sama kucing"
"Dia alergi Fira" ujar Amara.
"Alergi nggak sampe selebay itu juga kali Rara, itu mah namanya takut bukan alergi. Alergi cuma tamengnya aja biar nggak keliatan takut"
Amara tertawa kecil melihat Dzilla yang terjungkal ke depan karena tersandung batu dan berakhir ditangkap oleh Nurul yang sedaritadi mengejarnya. Dzilla terus berteriak meminta bantuan pada Wulan tapi tidak digubris olehnya.
"Astaga, kenapa lagi sih mereka" keluh Fira.
"Yuk" Amara mengajak Fira untuk menghampiri ketiganya.
Tangan Dzilla bergerak memukul lengan Nurul yang mencekik lehernya dari belakang, gadis itu duduk di atas tubuhnya yang tertelungkup di rumput.
"Heh! Lepas, itu Caca nggak bisa nafas" Fira menarik Nurul agar melepaskan cekikannya dan bangkit dari tubuh Dzilla.
Amara membantu Dzilla untuk berdiri, "Bener bener psikopat lo rul, lo hampir bunuh gue tau nggak" ketusnya dengan mengusap usap lehernya, nafasnya masih terasa sesak akibat cekikan Nurul yang bukan main main.
Nurul memutar bola matanya malas, "Ada apa lagi sih, heran gue, kerjaannya ribut mulu kalian ini" geram Fira.
"Mereka bakar buku novel kesayangan gue yang mereka pinjam beberapa bulan lalu" jawab Nurul sebal.
"Bener zah, ca" Wulan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Gue nggak sengaja fir, novel itu keselip di buku kenangan gue sama Mahen yang memang rencananya mau gue bakar"
"Zazah yang salah tapi gue yang kena" gerutu Dzilla tak terima.
"Itu karena lo ngasih novel itu ke Zazah tanpa ngasih tau gue dulu. Novel itu kan awalnya lo yang pinjem" timpal Nurul dengan nada sebalnya.
"Gue nggak mau tau, pokoknya lo harus ganti novel itu. Inget harus yang ori lengkap dengan tanda tangan penulisnya" Wulan menghela nafas lalu ia mengangguk lemah menyetujui permintaan Nurul.
Sekarang ia harus memutar otak untuk mendapatkan novel tersebut. Masalahnya novel itu adalah keluaran lama yang sudah tidak lagi dicetak, dimana ia bisa mendapatkan novel tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Girls [REVISI]
Teen FictionMenceritakan tentang kisah keempat gadis cantik yang merupakan anggota inti sekaligus pendiri dari Secret Girls; sebuah geng motor cewek di Bandung, mereka terpaksa harus pindah ke Jakarta untuk menyelidiki seorang leader dari Aodra; geng motor yang...