20. The Drunk Mistake

95 4 1
                                    

20. The Drunk Mistake

Cahaya matahari yang berhasil menyelusup lewat celah celah ventilasi dan menembus kaca jendela yang tirai nya sedikit terbuka membuat tidur Sean terusik, matanya yang terasa sangat berat ia paksakan untuk terbuka, "Arghh" Sean meringis saat mencoba untuk bangun. Oh astaga sepertinya semalam ia terlalu banyak minum, badannya pagi ini terasa sangat sakit dan pegal.

Sean melihat ke sekeliling, Oh, ia berada di kamar ternyata. Tunggu, kamar? Bukankah semalam ia berada di club, bagaimana mungkin ia bisa berada di sebuah kamar sekarang? Siapa yang membawanya kesini? Dan kamar siapa ini?

"Hiks... hiks... hiks" Sean menoleh saat mendengar suara tangisan seseorang. Disudut kamar seorang gadis menangis dengan lutut yang ditekuk dan wajah yang ia sembunyikan disana.

"Lo nggak papa?" tanya Sean, ia mencoba beranjak dari tempat tidur dan menghampiri gadis tersebut dengan memegang kepalanya yang terasa berat.

Oh my god, apa ini? Mengapa ia tidak memakai pakaian satu helai benang pun? Sebenarnya apa yang terjadi semalam?

Segera Sean memungut semua pakaiannya dan memakainya secepat kilat lalu ia hampiri gadis tersebut yang masih diam ditempat menangis tersedu sedu.

Sekarang ia tidak lagi peduli dengan sakit kepalanya, yang ia pedulikan saat ini adalah maksud dari gadis tersebut.

"Bangun!" Sean memerintah gadis itu dengan nada dinginnya, wajahnya sungguh tidak bersahabat sekarang.

"Gue bilang bangun!!!" kesal karena gadis tersebut sama sekali tidak menanggapi perintahnya, Sean dengan kasar membawa gadis itu berdiri, terlihat ia tampak kaget melihat wajah gadis tersebut, dan amarahnya semakin membara sekarang mendapati bahwa ternyata gadis tersebut adalah Amara, "Apa maksud lo?" tanya Sean tajam.

Ditengah tangisannya, Amara mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan maksud Sean, "APA MAKSUD LO JEBAK GUE, SIALAN!!!" teriak Sean mendorong Amara ke tembok hingga membuatnya meringis.

"JAWAB BITCH, APA MAU LO HAH?!!!" tanpa belas kasihan Sean menarik rambut Amara tidak mempedulikan ringisan dan tangisan Amara yang semakin pecah karena perlakuan kasarnya.

Sean benar benar sedang gelap mata sekarang ini, rasa amarah mengendalikan dirinya sepenuhnya.

"A-aku sama s-sekali nggak n-ngerti maksud kamu se" katanya merintih, ia mencoba melepaskan jambakan kuat Sean dari rambutnya, "Shit! Jangan bohong sialan!!!" Sean melepaskan jambakannya dengan cara dihempaskannya kepala Amara. Amara memegang kepalanya yang terasa berdenyut karena jambakan tersebut.

Drrt drrrtt drrrtttt

Sean menoleh menatap ponselnya yang berdering dari dalam laci, ia ambil. Alga meneleponnya. Ia tidak menjawab panggilan telepon tersebut, ia malah mematikan dan memasukkan ponselnya ke dalam saku celana jeans-nya.

Kembali Sean menatap tajam Amara dan beralih pada jaket hitamnya yang diletakkan di sofa, Amara berdiri di samping sofa menatapnya sendu, namun ia sama sekali tidak terpengaruh oleh tatapan buaya itu. Ia ambil jaket tersebut dan menatap Amara, "Urusan kita belum selesai!"

Setelah mengatakan itu, Sean melenggang pergi meninggalkan Amara yang masih bergeming dengan isakan kecilnya.

Amara menyeka air matanya yang jatuh dengan telunjuk dan tersenyum licik, "Urusan kita memang belum selesai... Sean sayang..."

...





































Secret Girls [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang