42. Unexpected Surprise

68 2 0
                                    

42. Unexpected Surprise

Dimas membawa motornya dengan kecepatan tinggi, empat jam yang lalu Rangga menelepon dirinya dan memintanya untuk segera pergi ke Bandung bersama Dzilla. Ada hal penting yang terjadi, dan harus segera mereka bicarakan dan selesaikan, itu yang dikatakannya.

Dzilla segera berlari masuk ke dalam rumah kediaman keluarga Defiza, keluarga Wulan. Terlihat Wulan sedang menatap tajam dua orang paruh baya berbeda gender yang menunduk takut dengan saling menggenggam satu sama lain. Sedangkan Rangga terlihat sedang menenangkan istrinya yang sedang marah, pria itu terus mengelus punggung Wulan dengan lembut.

"Zah, ada apa?" tanya Dzilla duduk disamping sahabatnya itu.

"Dan mamoy kok bisa ada disini, bukannya mamoy tadi bilang buru buru pulang karena ada pasien dadakan" tanya Dzilla lagi dengan menatap Widia diseberang sana.

"Gue suka pertanyaan lo" dahi Dzilla mengernyit mendengar ucapan Wulan, "Teruntuk mamoy, silahkan dijawab pertanyaan anakmu tadi"

"Jawab yang jujur" kata Wulan dengan menekan setiap katanya.

"Maaf ca, mamoy bohong soal pasien dadakan itu"

"Bohong? Kenapa mamoy bohong?"

"Sebenarnya mamoy pulang cepet itu karena mamoy tau Alfin, papihnya Zazah nggak dateng, mamoy nyamperin dia buat nasehatin dia, dan ngasih pengertian, karena mau bagaimanapun juga acara itu adalah acara penting untuk anaknya, lebih penting dari misi pentingnya itu"

"Thank you, mamoy udah peduli sama Zazah... Tapi sayangnya percuma, toh, udah terjadi juga kan" ujar Wulan dengan nada yang tidak bersahabat.

"Dan sekarang pertanyaan Zazah, kalian tadi habis ngapain di kantor papih? Ciuman?" mata Dzilla membulat mendengar ucapan Wulan, apa maksudnya?

"Maksud lo?"

"Kalian tadi ciuman di kantor?" Dzilla beralih bertanya pada kedua orang paruh baya dihadapan mereka.

"Maafin papih..." Alfin berujar, "Maaf karena sudah menyembunyikan hal ini dari kalian"

"Sejak kapan?" Wulan bertanya dengan nada dinginnya, "Dua tahun lalu"

"Dua tahun... Dan kalian sama sekali nggak ngasih tau kita?" kata Dzilla tak percaya, Rangga dan Dimas yang duduk disamping istri mereka mengulum bibir mendengar suara dingin mereka, jika boleh memilih mereka lebih memilih istri mereka yang cerewet ketimbang yang dingin seperti ini, terdengar sangat menyeramkan.

"F*ck!"

"Zazah!"

"Apa?!" Alfin kembali menunduk takut kala Wulan memberinya tatapan tajam, membuat Rangga dan Dimas yang melihatnya seketika tersedak karena menahan tawa mereka.

Alfin, seorang komandan polri yang terkenal tegas ternyata bisa takut juga, dan itu pada anaknya sendiri. Bagaimana tidak, anaknya adalah siluman gorila, tentu saja ia takut, tidak hanya ia, orang lain saja takut pada anaknya jika sudah marah.

Jika bawahannya melihat hal ini, maka bisa dipastikan ia akan merasa malu di seumur hidupnya.

"Caca nggak mau tau, pokoknya mamoy harus putusin hubungan kalian sekarang juga" tegas Dzilla tajam membuat Widia yang mendengarnya membelalakkan matanya.

"Heem, kita memang sahabatan, tapi bukan berarti kita harus saudaraan juga, Zazah nggak mau saudaraan sama Caca" ujar Wulan diangguki Dzilla, "Kita nggak mau hubungan kita berubah jadi canggung nantinya cuma karena hal ini"

Canggung? Apa benar mereka akan menjadi canggung nantinya? Sepertinya tidak, mengingat betapa extrovert-nya mereka pada semua orang. Sepertinya itu hanya bualan mereka saja agar orang tua mereka tidak jadi bersama.

Secret Girls [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang