11. Avoid
Wulan sudah menceritakan semuanya pada Fira dan Nurul. Ia masih merasa kesal pada Dzilla karena membawa nama kasih sayang kedua orangtuanya, ia juga kecewa lantaran Dzilla lebih percaya pada omongan Amara ketimbang dirinya yang sudah sangat jelas terlihat bahwa Amara menghasutnya.
Selama 3 hari ini, kondisinya benar benar kacau, di dalam kamarnya yang gelap Dzilla meringkuk di dalam selimut terkadang juga meringkuk di ujung kamar dengan memeluk kedua lututnya. Rambut yang berantakan dengan mata panda nya yang terlihat jelas. Dzilla tidak pernah sekalipun keluar kamar bahkan untuk makan sekalipun. Ia sama sekali tidak mengisi perutnya selama 3 hari ini, membuat tubuhnya terlihat kurus dan pipi berisi nya yang mulai menirus.
Dengan seragam sekolah yang sudah melekat di tubuhnya, saat ini Nurul kembali mencoba menggedor pintu kamar Dzilla, memintanya untuk keluar. Namun tidak ada respon sama sekali dari dalam membuatnya sangat kesal akan tingkah sahabatnya yang menurutnya kekanakan. "Ca, lo nggak ada niatan buat keluar gitu"
"Sumpah, gue pengen banget dobrak ni pintu dan nyeret lo buat keluar. Tapi sayangnya gue nggak mau rugi buat ganti ni pintu"
"Ca keluar napa, emang lo kagak mau sekolah? Ya terserah sih kalo lo mau bolos, tapi seenggaknya keluar lah kagak bosen apa lo di kamar mulu"
"Ck, nggak papa deh gue rugi. Gue tinggal minta tante Widi aja buat ganti" dengan kekesalan yang sudah tidak dapat dibendung lagi, Nurul mengambil ancang ancang hendak mendobrak pintu kamar Dzilla. Ia mundur beberapa langkah dan menendang pintu itu dengan sekuat tenaga, namun belum sempat kakinya menyentuh, pintu telah dibuka dan menampilkan seorang gadis yang ia tunggu dan teriaki sedari tadi keluar kamar dengan seragam sekolah yang sudah melekat pada tubuhnya. "Ngapain lo?" tanyanya dengan dahi yang berkerut.
Tersadar, Nurul segera menurunkan kakinya ke lantai dengan kasar. "Harus nya gue yang nanya, lo ngapain aja di dalam. Sampe kagak mau keluar selama 3 hari berturut turut" Dzilla memutar bola matanya malas, untuk apa Nurul bertanya seperti itu padahal dia sendiri tau jawabannya. "Lo mau sekolah?"
"Nggak, mau mancing" ketus Dzilla dengan pertanyaan tidak masuk akal yang Nurul lontarkan.
"Mancing apa?"
"Mancing keributan. Puas lo" ketus Dzilla.
"Sebelum mancing mending sarapan dulu. Udah 3 hari ini lo nggak makan sama sekali. Liat tubuh lo jadi kurus gini, dan ini juga pipi lo jadi nggak ada isinya sama sekali" bujuknya dengan mencubit pipi Dzilla yang menirus.
Dzilla menghempas kesal tangan Nurul yang mencubit pipinya "gue sarapan nanti di kantin aja"
"Kok gitu?"
"Gue berangkat duluan, lo berangkat berdua aja sama sahabat satu lo itu kalo emang Fira berangkat bareng pacarnya" ucapnya melangkahkan kakinya meninggalkan Nurul sendiri. "Lo nggak mau berangkat bareng?"
"Nggak"
"Tapi setidaknya sarapan dulu lah" kata Nurul sedikit berteriak lantaran Dzilla yang sudah menjauh, namun tidak dihiraukan oleh nya.
"Ck, keras kepala banget sih ni anak"
...
Seperti biasa hari ini Fira berangkat bersama Sean. Dan seperti biasanya ia selalu menjadi pusat perhatian tiap kali berangkat bareng Sean, dengan berbagai macam tatapan tertuju pada mereka berdua. Di parkiran Fira bertemu dengan Nurul dan Wulan yang baru saja sampai. Padahal mereka berangkat lebih dulu dari Fira, namun malah mereka yang sampai belakangan ketimbang Fira yang terakhir berangkat.
Ia menghampiri mereka dan masuk bersama meninggalkan Sean yang masih sibuk dengan motornya.
Fira, Nurul, dan Wulan memasuki kelas mereka. Mereka tampak terkejut mendapati Dzilla yang duduk di bangku yang dimana itu bukanlah bangku miliknya melainkan milik Nurul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Girls [REVISI]
Fiksi RemajaMenceritakan tentang kisah keempat gadis cantik yang merupakan anggota inti sekaligus pendiri dari Secret Girls; sebuah geng motor cewek di Bandung, mereka terpaksa harus pindah ke Jakarta untuk menyelidiki seorang leader dari Aodra; geng motor yang...