44. Nightmare

57 2 5
                                    

44. Nightmare

Tubuhnya ia bawa berputar di tempat, matanya menyapu memperhatikan sekeliling, wajahnya terlihat kebingungan, dimana ia berada.

Terdapat banyak pohon besar, rumput hijau yang luas, banyak kursi, dan cahaya lampu kuning di setiap sudut yang menyala terang menerangi tempat tersebut.

Ia mengenal tempat ini, ini adalah taman dekat perumahan Dzilla di Bandung. Bagaimana dia bisa berada disini? Dan yang membuatnya lebih bingung adalah taman ini adalah kondisi taman lima tahun lalu.

Seharusnya ada air mancur di tengah taman, tapi lihatlah disini tidak ada sama sekali.

Bagaimana bisa? Apa mungkin ia kembali ke masa lalu?

Matanya mengerjap kala merasakan hal aneh yang terjadi pada tubuhnya. Apa yang terjadi? Baru saja dua orang perempuan berbeda generasi menembus tubuhnya.

Ia segera berbalik dan matanya membulat saat itu juga melihat kedua orang tersebut.

"W-what? Bagaimana bisa?"

Ia terus menatap kedua orang itu tak percaya. Bagaimana tidak, anak kecil yang bersama perempuan itu adalah Ira, adiknya Dzilla yang telah meninggal lima tahun lalu karena kecelakaan. Dan perempuan itu adalah Amara.

Kini mereka duduk di bangku panjang dengan satu buah es krim di tangan mereka.

Benarkah dugaannya bahwa ia kembali ke masa lalu?

"Rara! Ira!"

Ia berbalik kala seseorang berteriak memanggil mereka, dan ia kembali merasakan hal aneh pada tubuhnya, seseorang kembali menembus tubuhnya dan menghampiri mereka berdua.

"Jahat banget kalian main ninggalin gue"

"Teteh lama banget sih, jadi ya, kita tinggalin" jawab Ira pada perempuan itu yang tak lain adalah Nurul.

Huft

Benar dugaannya, ia kembali ke masa lalu.

Tapi... kenapa harus di waktu ini. Haish, sepertinya tuhan sengaja membawanya ke waktu ini karena ingin kembali melihat penyesalannya.

Tuhan ingin menghukum dirinya yang sudah sangat berdosa ini.

Ia ingat betul saat itu Ira merengek ingin pergi jalan jalan, dan dikarenakan kakak kandungnya yaitu Dzilla sedang malas keluar, jadilah ia dan Amara yang saat itu masih berteman baik, yang membawa adik sahabatnya itu jalan jalan di taman dekat perumahan.

"Ira, kamu sama teteh Nurul dulu ya, teteh mau ke toilet dulu"

Nurul menggeleng, tidak tolong jangan tinggalkan mereka berdua. Haish, apa yang ia lakukan, percuma saja, toh, Amara juga tidak akan bisa melihat dirinya.

Ck, jika saja ia bisa, ia ingin sekali melarang Amara dan mencegah suatu hal terjadi, ia ingin merubah masa lalu saat ini juga.

"Oke teh"

"Jangan lama, gue nggak mau ditinggal berdua sama nih bocah, bisa bisa habis ntar duit gue"

"Perhitungan banget sih sama anak kecil juga"

"Kalo sama lo ya harus perhitungan lah"

"Cih pelit"

"Biarin"

"Jangan ribut mulu, gue nggak akan lama kok" ujar Amara lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

Mata Ira menyapu melihat sekitar dan berhenti kala matanya menangkap sekumpulan anak kecil sedang bermain balon sabun.

Secret Girls [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang