27. Bullying

89 6 0
                                    

27. Bullying

Para perawat tampak sibuk mendorong brankar dengan membawa seseorang yang tengah bersimbah darah. Dengan perasaan panik dan takut, orang orang ikut berlari kecil hingga orang tersebut dibawa masuk ke dalam ruang UGD untuk segera ditangani.

Wulan dan Dzilla terduduk dengan tangis yang sudah pecah, sang suami pun memeluk mereka dan berusaha menenangkan mereka yang tampak kacau.

Sementara itu, Sean menatap pilu ruang UGD tersebut. Fira, istrinya tengah berjuang melawan kematian di dalam sana, dan itu disebabkan oleh Nurul. Entah sengaja atau tidak, tapi tadi sesampainya mereka disana, mereka menyaksikan sendiri Nurul menembak Fira tepat diperutnya.

"Zah... Ca..." semua orang menoleh mendengar suara lirihan itu. Dengan perasaan marah yang menggebu gebu, Wulan dan Dzilla berdiri dan menghampiri Nurul yang tampak lebih kacau, namun mereka tidak mempedulikannya, mereka sudah terlanjur marah pada gadis dihadapannya ini.

"Ngapain lo kesini!" Wulan menatap tajam Nurul begitupun dengan Dzilla, "Pergi lo dari sini! Lo sama sekali nggak pantes berada di sini setelah apa yang lo lakuin sama Fira!"

Nurul tidak menghiraukan perkataan menohok yang dilontarkan oleh kedua sahabatnya, gadis itu menatap keduanya sendu. Jujur, ia sama sekali tidak bermaksud menembak Fira, itu sama sekali bukan unsur kesengajaan.

"GUE BILANG CABUT BANGS*T!!!"

Wulan mendorong tubuh Nurul hingga jatuh terduduk dilantai. Nurul merasakan bokongnya terasa sangat sakit dan perih karena Wulan mendorongnya dengan sangat keras, namun ia tidak menghiraukan rasa sakit itu.

Alga yang baru saja datang bersama Amar, segera berlari kecil mendapati Wulan mendorong Nurul, "Lo nggak papa?" Nurul menggeleng lemah menjawab pertanyaan lembut Alga.

Alga mendongak menatap Wulan dan Dzilla yang masih melemparkan tatapan tajamnya pada Nurul, "Apa!!!"

Rangga dan Dimas menghampiri sang istri saat merasakan emosi mereka sudah tidak terkendali.

"Denger! Gue nggak akan maafin lo, kalo sampai terjadi sesuatu sama Fira!" kata Dzilla tajam.

"Al, mending lo bawa dia cabut sekarang, sebelum kondisi semakin kacau" ucap Dimas dan Alga mengangguk, ia membantu Nurul untuk berdiri, "Kita pergi dari sini sekarang ya"

"Tapi..." Alga menatap mata Nurul menegaskan agar mereka harus segera pergi, hingga akhirnya Nurul menghela nafas dan mengangguk pasrah.

"Tunggu!" suara dingin Sean menginterupsi keduanya yang hendak berbalik, Sean menghampiri keduanya dengan wajah dinginnya seperti biasa, namun bedanya kali ini terasa lebih dingin karena terdapat kemarahan yang terpendam di dalamnya.

"Jangan pernah lo balik lagi kesini! Dan jangan pernah lo temuin Fira lagi!" Sean mengatakannya dengan suara tertahan dan menatap Nurul tajam.

Alga menurunkan telunjuk Sean yang menunjuk Nurul, ia tidak suka melihat Nurul ditunjuk seperti itu oleh orang lain.

"Kita pergi sekarang" ujar Alga datar, ia memapah tubuh Nurul yang lunglai dengan memegang kedua bahu Nurul dan membawanya pergi.

"Iya, pergi sana!"

"Dasar pembunuh!"

Deg

Langkah Nurul terhenti setelah melangkah beberapa langkah, hatinya terasa dihunjam oleh pedang mendengar cacian yang dilontarkan oleh kedua sahabatnya.

Selama ini dirinya sudah terbiasa mendengar cacian itu, karena selalu ada sahabat dan orang orang terdekatnya yang selalu mensupport dirinya.

Namun kali ini malah sahabatnya sendiri yang melontarkan cacian itu, dan itu rasanya lebih menyesakkan daripada mendengar cacian orang lain.

Secret Girls [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang