38. Punishment

61 3 0
                                    

38. Punishment

Seperti biasa Fira, Wulan, dan Dzilla menunggu Nurul diparkiran. Hari ini mereka datang ke sekolah dikarenakan kelas mereka dan kelasnya Amara akan melakukan sesi foto bersama untuk foto kenangan sekolah mereka, dan tentunya Amara tidak bisa hadir dikarenakan kondisi perutnya yang semakin membesar.

Dahi mereka berkerut kala motor Alga memasuki parkiran, tidak ada Nurul yang biasanya dibonceng oleh lelaki itu. Alga datang sendiri, lantas kemana Nurul.

"Al, Nurul nggak bareng lo?" tanya Fira dan Alga menggeleng.

"Terus?" tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan Dzilla, Alga menunjuk sebuah mobil yang berhenti didepan gerbang sekolah, itu adalah mobil Nurul. Tapi kenapa berhenti didepan? Kenapa tidak masuk saja?

Mereka melihat Nurul keluar dari mobil, namun bukan dari kursi kemudi melainkan disampingnya. Nurul melambaikan tangannya dan setelah itu mobilnya melesat meninggalkan area sekolah.

Tanpa menunggu lama lagi, mereka menghampiri Nurul yang masih saja menatap kepergian mobilnya yang sudah hilang dari pandangan.

"Lo dianter siapa rul?" Nurul sedikit tersentak kala Wulan menepuk pundaknya dan bertanya, "Bokap gue"

"Jadi udah baikan nih ceritanya?" goda Dzilla.

"Begitulah" mereka melangkahkan kakinya memasuki sekolah, Alga sudah lebih dulu masuk tadi.

"Gue seneng denger"

"Tapi gue nggak!" Wulan membantah ucapan Fira, "Zah!" Wulan memutar bola matanya kala Fira menegurnya.

"Gue ngerti lo pasti masih benci sama bokap gue, tapi zah gue harap lo bisa secara perlahan coba maafin dia seperti apa yang lagi gue coba lakuin sekarang"

"Gue nggak yakin" kata Wulan rendah.

"Gue yakin lo pasti bisa, dan gue harap gue juga bisa"

"Heem, kita harus coba maafin dia, nggak baik mendem benci, apalagi dendam" Fira berujar, "Gue akan coba, demi lo rul" Nurul mengangguki ucapan Wulan, setidaknya Wulan sudah memiliki niat, walaupun itu demi dirinya bukan karena tulus dari hatinya.

Disepanjang koridor, Nurul merasa risih lantaran siswa dan siswi disana menatapnya dengan tatapan kasian.

"Kasian banget ya dia. Udah mah sempet stress sampe nggak sekolah beberapa bulan, sekarang malah harus denger fakta kalo dia cuma dijadiin barang taruhan sama mereka" Nurul mengerutkan keningnya mendengar bisikan siswi tersebut, ia merasa siswi itu sedang membicarakan dirinya.

Posisinya siswi itu membelakangi mereka, dan tidak mengetahui ada mereka disana, begitu juga dengan temannya.

"Maksud lo?" Dzilla yang mendengarnya juga tak segan segan bertanya pada siswi tersebut.

"Eh, k-kak Dzilla, halo kak" bukannya menjawab, siswi tersebut malah menyapa Dzilla dengan nada gugup dan seperti tengah ketakutan.

"Jawab gue, maksud omongan lo tadi apa?" tanya Dzilla dengan nada sedikit ketus hingga membuat kedua siswi itu ketakutan.

Semenjak identitas mereka yang ternyata anggota inti Secret Girl's, murid murid disana jadi merasa segan dan takut dengan mereka, lantaran Secret Girl's adalah geng motor yang paling sadis, lebih sadis dari Aodra dan The Jokes. Mereka tidak akan segan mematahkan tulang bahkan sampai membunuh lawan mereka.

"N-nggak papa kak, n-nggak usah didengerin omongan aku tadi, aku minta maaf aku salah"

"Kenapa lo malah minta maaf?" bukan Dzilla yang membuka suara, melainkan Fira.

Secret Girls [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang