48. Message | End

160 9 2
                                    

48. Message

Suasana ruangan semakin terasa mencekam, bahkan para pelayan cafe pun gemetar merasakan hawa dingin yang menusuk kulit begitu masuk ke ruangan tersebut.

Karena suasana yang mulai tidak kondusif dan sangat tidak memungkinkan untuk dilanjutkan disana, Sean akhirnya mengajak ketiganya pergi dari tpu dan duduk di cafe terdekat untuk membicarakan semuanya agar jelas. Ia memesan ruangan private untuk mereka.

Mereka duduk di sudut ruangan dekat jendela, dengan Alga duduk bersama Sean dan Wulan yang duduk bersama Rangga. Sedaritadi mata tajam Wulan tidak pernah lepas dari Alga yang wajahnya sudah memerah menahan amarah, lelaki itu terus mengatur nafasnya berusaha menepis semua rasa amarahnya pada wanita dihadapannya ini.

"Cepet cerita! Gue nggak punya waktu banyak" ujar Wulan ketus.

"Al, kalo lo nggak sanggup, biar gue aja yang ceritain semuanya" kata Sean pelan namun Alga menggeleng, "Biar gue aja"

"Lo yakin?" Alga mengangguk yakin, "Tapi tolong tahan gue kalo semisalkan gue kelepasan"

"Hem, pasti"

Alga kembali menghela nafas panjang sebelum akhirnya membuka suara untuk menceritakan semuanya yang telah terjadi selama Wulan koma, "Waktu lo dan Fira kritis, malam itu Nurul nekat buat melenyapkan Arya dengan tangannya sendiri setelah tau kondisi kalian"

Tatapan Wulan perlahan meluruh begitu mendengar cerita Alga, jantungnya tiba tiba saja berdetak sangat cepat, padahal ini masih pembukaan tapi sudah berdetak secepat ini, semoga saja jantungnya tidak kembali bermasalah. Ia tidak mau pengorbanan orang yang telah mendonorkan jantungnya menjadi sia sia.

"Arya berhasil lenyap, tapi naas, saat kita sibuk mengurus jasad Arya dan beberapa anak buahnya yang tewas, istri gue, Nurul, yang juga sahabat lo yang lo benci itu terbunuh oleh sepupunya yang merupakan anaknya Arya"

Deg

Jantung Wulan yang tadi berdetak sangat cepat, sekarang malah seakan berhenti berdetak mendengar ucapan Alga. Nurul? Tewas? Tidak mungkin.

Alga menatap wajah wanita dihadapannya ini yang tegang. Dia melirik pada Rangga dan menyuruh lelaki itu untuk memeluk istrinya, ia tau Wulan sangat shock. Mau semarah apapun ia pada Wulan, tetap saja Wulan adalah sahabat istrinya yang sangat Nurul sayangi, dan ia tidak mau istrinya marah karena ia membenci dan memusuhi sahabatnya ini.

"Seharusnya Nurul bisa selamat, tapi dia memilih untuk menyerah..." lanjut Alga begitu melihat tubuh Wulan sudah kembali rileks.

"Kenapa dia harus nyerah..." ucap Wulan lemah.

"Karena dia mau lo tetap hidup, dia tau lo butuh pendonor saat itu juga, jadi dia mendonorkan jantungnya buat lo" tubuh Wulan kembali menegang, Rangga yang merasakan itu senantiasa terus memeluk tubuh istrinya dari samping tanpa menghentikan tangannya yang terus mengusap lengan istrinya.

"Awalnya dokter menolak karena ternyata Fira udah lebih dulu mendaftarkan dirinya untuk menjadi pendonor lo, Nurul marah pas tau itu, dia memaksa dokter supaya dia aja yang jadi pendonor"

Tanpa terasa air mata Wulan keluar begitu saja, fakta apalagi itu ya tuhan, kenapa banyak sekali fakta mengejutkan yang membuat dadanya sesak hari ini.

Saat mengetahui hal itu, Alga juga marah besar pada istrinya, kenapa istrinya mau mengorbankan dirinya untuk seseorang yang bahkan tidak mau mengenalinya lagi. Tapi apa daya, istrinya begitu bersikeras untuk mendonorkan jantungnya pada Wulan, dan ia pada akhirnya hanya bisa pasrah dan mengikhlaskan istrinya yang memilih untuk menyerah demi sahabat tercintanya.

Secret Girls [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang