12. Haunted House

110 5 2
                                    

12. Haunted House

Hari ini tidak ada anak anak AoTj yang datang ke rooftop, mereka sudah pulang begitupun dengan yang lainnya. Memanfaatkan keadaan tersebut, Wulan pergi ke rooftop menikmati indahnya langit yang sudah menjingga. Menghela napas kasar mengingat kejadian tadi yang membuat mood nya semakin buruk.

Sebelumnya ia sempat memberi pesan pada Nurul agar tidak menunggunya, ia ingin meredakan emosinya terlebih dahulu karena ulah Dimas tadi.

Kini dirinya sedang berada di dalam gudang yang dimana gudang itu adalah markas AoTj di sekolah, ia duduk di beanbag dengan memainkan gitar yang berada di sampingnya. Memetiknya dengan asal.

Ceklek

Seseorang memasuki markas, namun nampaknya Wulan tidak acuh akan kedatangan orang itu, sedangkan orang yang baru masuk itu terlihat terkejut dengan keberadaan Wulan di markas.

"Gue kira siapa, ternyata lo" ucap orang itu yang tak lain adalah Rangga.

"Ngapain lo kesini, tumben" tanyanya setelah mengambil duduk di beanbag lainnya yang berada di samping beanbag yang tengah Wulan duduki.

"Pengen aja, kenapa nggak boleh" tanya Wulan sinis.

"Nggak boleh, karena markas ini cuma boleh dimasuki sama anggota inti AoTj aja. Dan lo bukan anggota inti Aodra maupun Tj. Tapi... karena kita udah anggap lo dan ketiga temen lo bagian dari AoTj jadi nggak papa, silahkan. Dateng aja kapanpun kalian mau" ucapnya santai.

"Tumben lo santai, biasanya juga suka sewot tiap kali gue ngomong atau ngelakuin sesuatu" cibir Wulan.

"Gue juga tau situasi kali" ucap Rangga membuat alis Wulan bertaut. "Dan lagipula gue lagi males ribut, jadi please jangan ajak gue ribut"

"Ngapain lo kesini?"

"Lah emang kenapa, gue kan bagian dari Aodra jadi terserah gue dong mau kesini juga" sewot Rangga membuat Wulan memutar bola matanya malas. Padahal baru saja dirinya mengatakan padanya jangan mengajaknya ribut, namun kini malah dia sendiri yang mengajaknya ribut. Padahal tidak ada yang mengajaknya ribut, dia hanya sekedar bertanya saja tidak lebih tapi lelaki ini malah sewot. Huft, emang pada dasarnya saja lelaki ini selalu sewot, apa sejak lahir dirinya juga sudah sewot seperti ini?

"Lo nggak papa?" tanya Rangga tiba tiba.

"Emang gue kenapa?" tanya Wulan balik.

"Diantara gue dan Dimas nggak ada rahasia apapun yang ditutupi. Dia cerita soal dia yang nembak lo malam Sabtu kemaren. Dan gue juga tau soal perasaan Dzilla ke Dimas, jadi gue pikir pasti ada sesuatu diantara lo dan Dzilla. Kalian pasti berantem kan?" tanya Rangga tepat sasaran.

"Tadi juga gue nggak sengaja liat lo sama Dimas" ujarnya lagi.

"So you're okay?"

Wulan menghela napas kasar, menghentikan petikannya pada senar gitar dan memajukan wajahnya ke wajah Rangga dengan menatapnya lekat membuat Rangga memundurkan wajahnya dan menahan napas gugup. "Beri gue satu alasan kenapa gue harus kasih tau lo tentang keadaan gue?"

"K-karena lo... temen gue" jawabnya gugup.

"Cuma temen kan, nggak lebih" Wulan menjauhkan wajahnya perlahan dari wajah Rangga membuat Rangga dapat bernapas lega. "Gue nggak seterbuka itu sama orang, walaupun lo juga temen gue. Gue suka curhat kok, tapi sama orang terdekat gue doang. Sedangkan lo, lo bukan orang terdekat gue. Lo cuma temen sekolah gue" Rangga hanya bisa menghela napas mendengar penjelasan Wulan.

"Ikut gue yuk" ajak Rangga menarik lengan Wulan. "Kemana?" tanya Wulan yang masih diam ditempat.

"Ke suatu tempat"

Secret Girls [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang