21. Truth

83 5 0
                                    

21. Truth

Suasana tegang kembali menyelimuti kediaman Anggara, semua orang berkumpul di ruang tamu. Beberapa ada yang duduk disofa, sebagian lagi ada yang berdiri di belakang dan di samping sofa.

Candra duduk di sofa single berhadapan dengan Nanda, disampingnya ada Fira yang berdiri. Sean duduk di dekat Nanda, Linda dan Amara duduk di sampingnya, Amar berdiri diantara Amara juga Candra, sedangkan untuk yang lainnya berdiri di belakang sofa.

Ara sudah tidur di kamarnya, sehingga Nurul dan juga Alga bisa ikut berkumpul disana sekarang.

"Sekarang coba kamu jelaskan dengan sejelas jelasnya, apa maksud ucapan kamu tadi" Candra membuka suara.

"Jujur sedari awal Nanda nggak seratus persen percaya dengan kelakuan bejat Sean, Nanda tau persis Sean orangnya gimana, dia nggak mungkin ngelakuin itu"

"Tapi buktinya udah sangat jelas Sean ngelakuin itu"

"Amar!" Candra menegur Amar yang dengan seenaknya memotong ucapan Nanda, "Sehari setelah kejadian malam itu, aku nggak sengaja liat Amara masuk ke dalam sebuah bar, karena merasa curiga juga, tanpa pikir panjang aku mutusin buat ngikutin dia"

Nanda merogoh saku celananya mengeluarkan ponsel miliknya, ia menunjukkan ponselnya dengan sedikit menggoyangkannya ke depan dan belakang, "Disini ada sound recording yang aku ambil sehari setelah kejadian malam itu. Lebih baik kalian langsung denger aja buktinya, biar percaya dan nggak mukul aku lagi" Nanda berkata dengan maksud menyindir Amar, namun yang disindir sepertinya tidak peduli sama sekali.

Nanda meletakkan ponselnya di atas meja dengan posisi menelungkup.

"Lo serius soal rencana lo waktu itu?"

Suara seorang pria terdengar dari ponsel milik Nanda. Nurul menoleh melihat reaksi Fira yang kini sedang menatap ponsel tersebut datar, ia mengenal betul suara siapa itu dan tentu saja Fira juga tau.

"Kok kayaknya gue kenal ya sama suara itu?" Wulan bertanya dengan suara pelan, "Tentu aja lo kenal" Rangga yang berada di samping Wulan menjawab dengan nada menyebalkannya, "Itu suara Reza" kata Dimas menjawab.

"Pantes" Dzilla yang berdiri di antara Dimas dan juga Wulan menyahut.

"Heem... Minggu depan gue bakal nikah sama Sean... akhirnya~ mimpi gue sejak dulu terwujud juga, ah iya, sebelum itu kita akan tunangan dulu besok lusa" itu adalah suara Amara, semua orang menatap Amara yang kini sedang menundukkan kepalanya dengan memainkan jari jari tangannya asal. Sial, sepertinya rencananya sekarang akan segera terbongkar dan itu karena kecerobohannya sendiri yang tidak menyadari keberadaan Nanda disana saat itu.

"Tell me what happened that night?"

"Are you curious?"

"Ck, come on"

"Hahaha, okay okay, gue bakal ceritain"

"Saat itu dia lagi mabuk berat, dia bahkan sampe nyangka kalo gue itu Fira. Ck, inget itu selalu berhasil bikin gue kesel setengah mati, dia selalu nyebut nama Fira setiap waktu"

"Forget about Fira, lalu apa yang terjadi?" Reza kembali bertanya dengan tak sabaran.

"Gue anter dia pulang, bukan kerumahnya tapi ke rumah gue"

"Gue sengaja bawa dia ke rumah gue, karena gue tau Amar diam diam pasang kamera CCTV di kamar gue. Dengan begitu gue nggak perlu ngelakuin banyak hal, gue cuma perlu tidur sama Sean dan akting nangis, sisanya Amar yang ngurus"

"Enough, udah cukup sampai disitu" Nanda mengambil kembali ponselnya dan menghentikan rekaman suara itu. Amar menunduk, menatap Amara yang masih menundukkan kepalanya, "Jadi lo udah tau?" tanyanya dengan nada dingin, "Sejak kapan?" Amar membungkuk, dengan telunjuknya Amar membawa wajah Amara agar menatapnya, "Lo sengaja rencanain ini buat jebak Sean?"

Secret Girls [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang