37. Forgiven(?)

57 2 0
                                    

37. Forgiven(?)

Diana tengah sibuk berkutat di dapur untuk membuat makan malam, Nurul sendiri sedang membersihkan tubuhnya di atas usai membantu dirinya walau hanya sebentar.

Suara bel rumah yang berbunyi menginterupsi dirinya, Diana mematikan kompor dan mencuci tangannya lalu kakinya melangkah membuka pintu.

Matanya terbelalak melihat orang yang menekan bel adalah pria yang telah membuat hidup keponakannya hancur. Pria itu memakai pakaian lusuh dengan menggendong seorang bayi.

"Kamu?!" Pria itu mengayunkan tangannya kala bayinya mengeluarkan suara lirihan karena kaget dengan suara Diana yang cukup keras.

"Om masuk aja dulu, barang barang om nanti biar Alga yang bawain. Nurul bilang om bisa tidur dikamar om dulu" Diana menoleh menatap Alga yang bersuara, lelaki itu baru saja menutup bagasi mobil mengeluarkan dua tas besar.

Diana membiarkan Alif masuk, namun setelahnya ia menghampiri Alga dengan tatapan tajamnya, "Apa maksudnya ini Alga?"

"Mulai hari ini om Alif akan tinggal bersama kalian, itu perintah dari Nurul sendiri"

"Apa?"

"Tante harus bicara sama Nurul" Alga menahan lengan Diana yang hendak menemui Nurul di kamarnya, "Jangan! Biar Alga aja yang jelasin semuanya sama tante"

"Tapi sebelum itu biarin Alga masukin barang barang ini kedalam dulu, tante tunggu disini, kita bicaranya diluar aja jangan didalam" Diana menghela nafas kasar lalu mengangguk.

Setelah Alga memasukan barang barang milik Alif di kamar, Alga segera menghampiri Diana diluar enggan membuat Diana menunggu lebih lama.

Ia menceritakan semua tentang Alif yang ia ketahui juga tentang kejadian di cafe tadi yang Nurul ceritakan padanya.

Jika kalian bertanya bagaimana respon Diana, tentu saja kaget. Diana sama sekali tidak mengira bahwa Alif terjebak oleh situasi yang dimanfaatkan oleh pelakor itu.

Ia juga tidak menyangka bahwa Alif mengalami hal yang serupa dengan Nurul, bedanya tidak separah Nurul.

"Setelah mendengar semua ini, apa yang bakal tante lakuin?" Diana menoleh, mereka berbincang dengan duduk di anak tangga menghadap kearah taman.

"Apa tante masih benci sama om Alif?"

"Perasaan itu masih ada, tapi untuk saat ini tante lebih merasa iba padanya"

"Apa tante juga merasa benci sama anaknya?" mendengar pertanyaan Alga itu, sontak membuat Diana menoleh dan menghela nafas panjang, "Tante nggak punya alasan untuk membencinya, dia cuma bayi mungil yang nggak tau apa apa"

"Ibunya memang salah, tapi bukan berarti anaknya juga salah"

Alga manggut manggut dengan tersenyum tipis, "Tante ternyata bisa bijak juga"

"Hei, jangan salah, gini gini tante juga bisa bijak tau"

"Tante masih satu keturunan sama om Mario ya?" dahi Diana mengernyit mendengar pertanyaan tiba tiba Alga yang sedikit melenceng dari pembahasan, "Siapa Mario?"

"Mario Teguh si motivator"

"Kamu bisa aja" Alga terkikik melihat Diana yang tersenyum malu karena godaannya.

"Jangan godain tante gitu ahh, ntar ada yang cemburu lagi"

"Alga malah berharapnya gitu"

"Cemburu kan tanda cinta, kalo Nurul cemburu itu artinya Nurul beneran cinta sama Alga"

"Kamu tenang aja, kalo Nurul sampai PHP-in kamu..." Alga menatap Diana menunggu wanita itu melanjutkan ucapannya, "... Kan masih ada tante"

Alga terkekeh geli mendengar ucapan Diana yang diluar nalar, "Itu juga kalo kamu mau sama tante"

Secret Girls [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang