17. Encounter
Wulan membuka kedua matanya yang terasa berat akibat terlalu banyak menangis. Ia mengambil ponselnya yang terletak di atas nakas, terlihat ada begitu banyak notif dan panggilan tak terjawab dari sang papih. Jam menunjukkan pukul 22.57, pantas saja papihnya itu terus menerus meneleponnya, pria paruh baya itu pasti mendapati Wulan yang belum juga kembali ke rumah.
Ditengah tangisannya tadi, ternyata ia tidak sengaja tertidur selama 4 jam.
Segera ia bangun, merapihkan rambut dan bajunya yang acak acakan. Ia ambil ponsel dan kacamata bening dari dalam laci, lalu ia keluar menemui anak anak yang lain, didapatinya mereka sedang asik mengobrol di ruang tengah, ia hampiri mereka.
"Girls, gue balik duluan ya" fokus mereka teralih pada Wulan yang baru saja turun tangga dalam keadaan rapih juga kacamata bening yang tersampir di atas hidung mancungnya.
Niatnya untuk menutupi matanya yang bengkak namun sepertinya Fira dan Nurul menyadari hal itu, sedari tadi mereka menatap lekat mata Wulan membuat Wulan risih dirinya ditatap seperti itu.
"Yahh, gue kira lo bakal nginep disini" keluh Ratu.
"Sorry gue nggak bisa, bokap udah nelpon dari tadi, lo tau sendiri kan bokap gue gimana" Ratu mengangguk lemah.
"Yaudah yuk kita balik sekarang" ajak Nurul.
"Lah kalian juga?" Nurul mengangguk.
"Tapi gue pengen nginep~" rengek Dzilla.
"Zee, nyokap lo udah nungguin lo dirumah" Nurul mencoba membujuk Dzilla, diam diam ia mengode gadis itu untuk melihat mata Wulan yang membengkak dengan matanya. Dzilla mengikuti kode Nurul, dan benar saja mata Wulan bengkak entah karena apa, pada akhirnya ia mengangguk walau dengan perasaan sedikit terpaksa karena dirinya masih enggan untuk pulang.
"Yaudah deh kalo gitu, kita bisa apa"
"Besok kalian balik ke Jakarta lagi?" tanya Hilda diangguki oleh Fira, "Take care, kalo butuh bantuan apapun hubungi kita" Wulan tersenyum tipis lalu mengangguk.
"Bye guys" mereka pamit secara bergantian dengan melakukan tos ala mereka yaitu tos kepalan tangan, lalu keempatnya berlalu pergi keluar markas.
"Zah" Wulan berhenti dan berdehem begitu Nurul memanggilnya, "Lo tadi nangis?" Wulan mengerutkan keningnya sedetik kemudian ia terkekeh kecil, "Keliatan banget ya bengkaknya"
"Ya gitulah" ucapnya dengan mengendikan bahunya acuh tak acuh.
"Udah jangan dibahas" Fira menyela begitu melihat Nurul hendak membuka mulutnya, ia yakin Nurul pasti akan memancing kemarahan Wulan dan pada akhirnya mereka ribut karena hal yang sama yaitu Mahen, cowok yang menurut Nurul tidak baik untuk Wulan. Ia tatap mata Nurul dengan tajam membuat orang yang ditatap nyalinya menciut.
...
Tatapan nyalang yang sedaritadi gadis ini lemparkan tak dapat membuat seseorang yang berada dihadapannya ini merasa takut sedikitpun. Orang itu malah dengan santainya meminum avocado juice nya seraya menatap balik gadis tersebut dengan tatapan santainya. Dan itu sudah berlangsung 10 menit lamanya.
"Kalo aja mata lo itu laser, mungkin gue udah kebakar sekarang" Wulan tidak menghiraukan ucapan orang itu, ia masih sibuk menatapnya nyalang.
Ya gadis itu adalah Wulan. Tadi pagi ia bersama gadis lainnya kembali ke Jakarta dan siangnya yaitu saat ini mereka sedang menemui jodoh mereka masing masing, tempatnya sama di cafe hanya saja cafe yang berbeda. Wulan memilih menemui jodohnya di cafe dekat sekolah. Dzilla dicafe yang sedikit lebih jauh dari sekolah, sedangkan Nurul sendiri di cafe langganan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Girls [REVISI]
Fiksi RemajaMenceritakan tentang kisah keempat gadis cantik yang merupakan anggota inti sekaligus pendiri dari Secret Girls; sebuah geng motor cewek di Bandung, mereka terpaksa harus pindah ke Jakarta untuk menyelidiki seorang leader dari Aodra; geng motor yang...