"laki-laki yang baik harus peka dan bisa meratukan perempuannya, dalam kondisi apapun itu",
^
^
~Ibu Nyai Maryam...
Mobil Alphard berwarna hitam terparkir di depan Indomaret. Ayda membantu Ibu Nyai turun dari mobil dan memasuki Indomaret, kemudian Gus Azam ikut menyusul ke dalam.
Mereka berbelanja untuk keperluan selama bulan Ramadhan. Ayda hendak mendorong keranjang belanjaan karena tidak mungkin Bu nyai atau Gus Azam yang mendorongnya, tapi Bu nyai malah tidak mau Ayda yang mendorong, beliau meminta Gus Azam untuk mengambil alih keranjang itu.
"Kamu gimana si Zam, masak iya perempuan disuruh bawa belanjaan",
Celetuk Ibu Nyai menggoda Gus Azam.
"Si Mbak sendiri yang mau Mi, ya Azam biarin saja",
"Jadi laki-laki harus peka Zam",
Ibu Nyai menggoda Gus Azam.
"Iya, Mi",
Ayda tersenyum kecil melihat wajah Gus Azam yang terlihat jengkel. Namun, Gus Azam menyadari senyum Ayda yang tertuju padanya, dengan cepat Ayda kembali menundukkan kepalanya.
"Duuh, Gus Azam sadar ngga ya, kalo aku senyum tadi",
Gumamnya dengan sedikit menahan malu.
"Ayok Ayda, kita beli untuk kebutuhan dapur",
Lagi-lagi Ibu Nyai menggandeng tangan Ayda.
Gus Azam dengan wajah yang tertekuk lesu itu masih setia mengikuti kedua wanita yang berjalan di depannya. Bu nyai menunjuk barang yang ingin dibelinya, sedangkan Ayda yang mengambilnya lalu ia meletakkan di dalam keranjang.
Mungkin karena bosan menunggu Uminya dan Ayda berbelanja, Gus Azam memilih memainkan ponselnya yang sedari tadi mendekap di saku kemejanya. Beliau fokus melihat ponsel sampai keranjang belanjanya tidak sengaja membentur Ayda.
"Astaghfirullah",
Ayda terkejut.
"Eh afwan, kamu ngga papa?",
Gus Azam refleks menghampiri Ayda yang berada di depannya, sedangkan ibu nyai berjalan duluan daripada mereka.
"Ngga papa, Gus"
"Lagian kenapa jalannya lama?, itu Umi udah jauh loh",
Ternyata perhatian Gus Azam hanya sesaat, selang beberapa detik beliau sudah berubah dari sifat lembutnya.
"Saya nungguin jenengan, Gus",
"Ngapain nungguin saya?",
"Kan Gus Azam main handphone, kalau saya jalannya cepet, terus Gus Azam nabrak orang lain gimana? Mending saya yang ditabrak",
Gus Azam terdiam, kemudian memasukkan kembali ponsel kedalam sakunya.
"Ya sudah, ayo ke kasir, Umi nungguin disana",
"Kenapa tadi kok kayaknya kalian bertengkar?",
Sebelum masuk mobil, Ibu Nyai mengintrogasi Gus Azam dan Ayda.
"Ngga papa Mi, cuma masalah kecil",
"Iya Ibu nyai, saya ngga berani bertengkar sama Gus Azam",
"Kalian mau tau ngga laki-laki baik versi saya?",
Entah angin darimana, pertanyaan Bu nyai mulai serius. Ayda dan Gus Azam mengangguk secara bersamaan.
"Laki-laki yang baik harus peka dan bisa meratukan perempuannya, dalam kondisi apapun itu. Contohnya kayak Abi mu Zam, Akhlak Abi patut kamu tiru",
![](https://img.wattpad.com/cover/340747001-288-k548348.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA BIDADARI SATU HATI
RomanceRuwayda atau kerap kali dipanggil Ayda. Salah satu santriwati yang diam-diam sudah dijodohkan dengan Gusnya, Gus Azam. Keduanya akhirnya menikah dengan ikatan perjodohan. Ruwayda yang ternyata tak mencintai Gus Azam, perlahan-lahan Gus Azam berhasil...