"Seperti halnya ramadhan yang sudah pergi, saya ngga mau senyum kamu juga ikut pergi bersamanya"
^
^
~Gus Azam
...Pagi-pagi sekali, matahari belum sepenuhnya memancarkan cahayanya, terlihat seorang gadis dengan jilbab pashmina nya sedang mondar mandir di teras, ia belum tenang sebelum melihat dan memastikan sendiri keadaan bapaknya di desa.
Ingin rasanya ia meminta Gus Azam untuk cepat-cepat mengantarkannya, namun apa daya lah dirinya hanya seorang santri yang harus memperhatikan setiap detail kesopanan pada beliau.
"Ayda, kamu sudah siap toh?",
Ibu nyai mendapati Ayda yang tengah mondar mandir sedari tadi.
"Iya, Ibu Nyai...",
"Zam.. cepat Nak, ini Ayda sudah nungguin kamu dari tadi",
Teriak Bu nyai memanggil Gus Azam yang masih berada di kamarnya.
Lalu beberapa detik kemudian, beliau muncul dengan pakaiannya yang rapi, sarung dan bajunya terlihat serasi, tak lupa pula kopiah yang semakin membuat beliau terlihat tampan.
"Kami berangkat Bu nyai...",
Ayda menyalami Ibu Nyai, begitu juga Gus Azam.
"Umi titip Ayda ya, Zam...",
"Siap, Mi...",
Suasana didalam mobil terasa canggung, tak ada topik yang menarik untuk mereka bicarakan.
Gus Azam juga bingung harus menghibur Ayda dengan cara apa, sesekali beliau melirik gadis cantik yang sedang duduk sampingnya, raut wajah itu menampakkan kekhawatiran yang sudah memuncak, mungkin karena Ayda sudah kehilangan sosok ibu, ia juga tidak ingin kehilangan bapaknya.
"Emm, Mbak Ayda?",
Gus Azam berusaha mencairkan suasana.
"Iya, Gus...",
"Ngga papa kan?, Saya jadi bingung harus gimana",
"Saya ngga papa Gus, dengan Gus Azam mengantarkan saya saja saya sudah berterimakasih",
Desa tempat tinggal Ayda lumayan jauh dari kota, memakan waktu sekitar dua jam lebih, dan sekarang masih separuh dari perjalanan mereka. di tengah perjalanan, tiba-tiba Ayda merasa kesakitan, perutnya terasa kram, ia pun mengerang kesakitan.
"Arghhh...",
Keluhnya sembari memegangi bagian perutnya yang kram. Gus Azam yang mendengar erangan Ayda buru-buru menepikan mobilnya.
"Mbak, kenapa perutnya, ke rumah sakit ya?",
Wajah Gus Azam panik. Ayda menolak, bukan penyakit berbahaya yang sedang ia alami, rasa sakit tersebut sebab masa menstruasi Ayda baru saja datang.
"Kenapa harus hari ini sihh?",
Ujarnya dalam hati.
"Terus apa yang bisa saya bantu Mbak?",
"Gus Azam bisa temenin saya ke kamar mandi umum ngga?",

KAMU SEDANG MEMBACA
DUA BIDADARI SATU HATI
RomantizmRuwayda atau kerap kali dipanggil Ayda. Salah satu santriwati yang diam-diam sudah dijodohkan dengan Gusnya, Gus Azam. Keduanya akhirnya menikah dengan ikatan perjodohan. Ruwayda yang ternyata tak mencintai Gus Azam, perlahan-lahan Gus Azam berhasil...